Lihat ke Halaman Asli

Mari Beranalisa Awan: Casey Stoner Atau Valentino Rossi? Jeremy Burges "Memang Tidak Mudah Tunggangi Ducati"

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Setelah Kevin Shcawantz bilang Casey adalah the next Doohan and  even more, sekarang giliran Sang Penakluk, Jeremy Burgess yg komentar. "Anda tidak pernah mengharapkan mudah menunggangi motor Ducati. Sebab, Ducati sudah membuat sasis dan membangun motor yang berbeda dengan sasis motor lainnya," dan menurut dia Rossi terlalu mengangga remeh Casey yang pindah ke Honda. Masih menurut JB, "Stoner benar-benar telah mengangkat potensi semua pembalap yang dimiliki Honda". Analisa awam saya: 1. Kalo menurut sebagian orang (contoh Bung Matteo), Rossi melempem di ducati karena motor yang sekarang kurang bertenaga dan tidak layak bersaing. Oops, apakah berarti GP 11 lebih buruk dibanding GP7, GP8, GP9 dan bahkan GP10 yang menggunakan firing order yang sama (Big Bang). Big Bang (loyo) di ducati adalah mainan baru, dan cenderung tidak lebih bertenaga dibanding screamer (liar). Ini untuk di ducati ya. Dan Casey sejak awal pengembangan sangat tidak menyarankan penggunaan sistem ini. Hanya saja karakter ducati yang otoriter memaksakan Casey menggunakan Big Bang pada GP10 untuk pertama kalinya. Hasil nya tidak buruk, Casey berhasil 9 kali podium dengan 3 kali juara, 2 kali runner up dan 4 kali finish ketiga. Beruntung Hayden dan Vale diberi pilihan untuk memilih sistem mana yang akan dianut desmosedici pada GP11. Dan Vale (diikuti Hayden) memilih Big Bang. Dan sebuah team TIDAK AKAN PERNAH menggunakan motor baru pada musim baru jika tidak lebih baik dari motor pada musim sebelumnya. Nah, kalo orang banyak percaya GP 11 melemah, kesalahan bukan pada motor tetapi bagaimana pembalap dan si mekanik (crew) menyetting motor untuk dapat dikendarai semaksimal mungkin. Jika anda percaya ini, berarti anda meragukan kemampuan setting Vale dan JB. Dan sekaligus betapa tergantung nya Vale pada kemampuan setting JB dimana seperti pengakuannya bahwa JB kurang pengalaman dan informasi tentang ducati. JB jelas sangat mumpuni menangani Suzuki nya Randy Mamola,  Honda nya Doohan dan Yamaha nya vale. Dia membuat mereka menang. Tapi ketika JB lemah di ducati, Vale pun melemah. Dia lah orang sebenarnya dibalik pengembangan sebuah motor. Pembalap hanya memberi masukan, JB yang memutuskan. 2. Menurut sebagian orang lain (contoh Jeremy Burges), Rossi mengalami kesulitan untuk menjinakkan ducati GP11. Sejak pertama kali bergabung di motoGP thn 2003, catatan terbaik ducati adalah posisi 3 klasmen terakhir musim 2006 oleh Capirex. Padahal saat itu terhitung beberapa pembalap sudah mencoba. Mulai dari Troy Bayliss, Carlos Checa, Sete Gebernau dan yg terburuk adalah Marco Melandri. Belum lagi pada team satellite. Lantas kenapa pd musim 2007 ducati mampu menjadi juara dunia di tangan seorang "anak baru"? Casey Stoner terlihat dg mudah nya menjinakkan monster GP7 (screamer) drpd senior2r nya yg jauh berpangalaman? Menurut Kevin Schwantz, sliding style Casey sangat membantu ducati melibas tikungan. Ini menjawab keluhan Vale (dan JB) yang mengatakan ducati sangat rigid di tikungan. Tapi apa iya Vale tidk bisa melakukan sliding? Ya tentu saja bisa. Sbgmana saat di Honda 1000cc, sliding style nya selalu menghibur fans motoGP. Lantas kenapa tidak dengan ducati? ini menjawab keluhan Vale tentang gp11 tidak bertenaga. Memang tenaga 800cc tidak sebesar 1000cc. Terus kenapa Casey bisa dg 800cc nya? Karena sejak kecil Casey sudah bergelut dikejuaraan dirt bike, berbeda Vale yg di minimoto alias balapan aspal. Artinya Vale seharusnya melakuakan teknik sliding pd ducatai. Untuk sliding dibutuhkan tenaga besar. Kesimpulan Kesimpulan dari Mari beranalisa awam : Menurut pribadi saya, Vale tetap lah hebat. Secara fakta dia seorang legenda. Tapi itu saja tidak cukup untuk menyatakan bahwa ducati bukan merupakan motor yang kompeten musim ini. Ducati cepat di trek lurus, tapi sangat lambat di tikungan. Saya lebih menyimak bahwa riding style Vale berbeda dengan Casey. Basic Casey yg dirt bike (balapan lumpur) sangat membantu melumpuhkan rigid nya sasis turbular ducati saat di tikungan. Berbeda dengan Vale yg memiliki basic balapan aspal dg minimoto nya. Rossi bisa saja melakukan sliding seperti Casey (ah, teringat Garry McCoy), tetapi tidak dengan mesin 800cc. Vale membutuhkan tenaga yg besar untuk melakukan sliding, yaitu dg 1000cc. Oleh karena itu, musim depan kemungkinan besar Vale akan kembali ke baris depan. Tapi itu jika vale mampu menaklukkan GP12 ditikungan, karena jika bisa cepat ditikungan dan cepat di lurus, ducati akan kembali jadi monster. *Mari beranalisa awam adalah sebuah bentuk kebebasan berpendapat dan merupakan hasil pemikiran pribadi sbg orang awam yang didasarkan pada sumber reliable. Saran dan kritik cerdas sangat diterima. Saya sebagai fans ducati dan secara otomatis tergila - gila pada penakluknya, Casey Stoner, Loris Capirossi dan Troy Bayliss. Dan juga fans nya om Burgess. My big respect to all motoGP riders




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline