Lihat ke Halaman Asli

Kota Daeng Malam Ini

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

dan malam ini,

aku tak menemukanmu di sini

pada ayunan ombak Losari

pada tatapan bulan yang mulai sayu

pada awan yang belum juga menanggalkan angkuhnya

pada lampu-lampu kota yang beragam warna

pada satu sudut Kota Daeng yang belum juga terpulas

aku tak sempat memberimu senyum pada duka

yang melekat di tepian pantai

dibelai angin sepoi pilu

deru kendaraan mendebur debu lantakkan sepi

jantung Kota Daeng yang haus

dan malam ini,

di tepi jalan itu kulihat kau meratap

pada sebotol kaleng bekas yang telah terinjak

pada sobekan koran yang berisikan berita tentangmu

pada setiap puntung rokok yang mematuk wajahmu

pada secerca makna yang terkoyak malam

pada tiap dinding Kota Daeng yang bisu

mereka tak memberimu segelas teh hangat

untuk kau minum

dan kutahu kau pasti menginginkannya

mereka tak pernah menyeka air matamu

yang sebentar lagi kering seperti kemarin

saat kau masih dimanjakan untuk keserakahan mereka

dan malam ini,

di setiap sudut jalan Kota Daeng yang kulalui

aku sendiri tak sempat mendoakanmu

meminta pada Tuhan menurunkan hujan

membasahimu agar kau teduh

sebab kini kematian sedang mengintai di muara sana

pada kemarau panjang yang bersarang di hatiku

kota Daeng malam ini meringis pilu

keelokannya tak lagi seperti kemarin

terenggut oleh ketamakan mereka yang jadi wali


Muhajirin, Januari 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline