Menurut ilmu psikologi perkembangan, bayi adalah sebutan bagi tahapan perkembangan manusia mulai rentang usia 0-2 tahun. Pada masa ini apa yang bisa dilakukan oleh bayi selain menangis atau tertawa? Ga ada kan? Hal ini sangat berkaitan dengan perkembangan kognitif pada masa tersebut.
Hmm.. Apa lagi itu perkembangan kognitif? Perkembangan kognitif adalah perkembangan terkait pada perubahan dalam cara berpikir, memecahkan masalah, memori, dan intelegensi.
Menurut Piage, pakar psikologi kognitif menguraikan bahwa masa bayi, yakni rentang usia 0-2 tahun masuk ke dalam tahapan sensori-motorik. Pada masa ini, karakteristik yang muncul adalah belum mampu mengenal bahasa, belum memiliki pikiran pada masa-masa awal, dan belum mampu memahami realitas objektif. Jadi, itulah mengapa bayi selalu menangis saja alias karena hanya bisa menangis dan atau tertawa untuk mengungkapkan keinginannya. Bayi belum mengenal atau memiliki kemampuan berbahasa seperti kita--yang sudah mampu membaca tulisan ini.
Sebenarnya tidak hanya itu, jika kita melihat atau mengamati gerak-gerik bayi kita akan tahu bahwa bayi itu senang memainkan tangannya, iya kan? Ia memainkan tangannya dengan menggenggam dan melepaskannya. Nah, hal ini pula yang dibahas oleh Piage atau temuan Piage pada tahapan sensori-motorik. Ditambahkan olehnya bahwa tahapan ini dicirikan dengan fase interkoordinasi progresif dari skema menjadi lebih kompleks dan terintegrasi. Pada fase pertama, respon-respon bersifat bawaan dan berupa refleks-refleks yang tidak disengaja, seperti misalnya menghisap. Pada fase selanjutnya, skema-skema refleks mulai terkontrol secara sadar. Ketika skema-skema awal seperti menghisap, melihat, dan menggenggam sungguh-sungguh terinterkoordinasi, bayi tidak hanya semata-mata menggenggam saja atau melihat saja, tetapi melihat sesuatu untuk kemudian menggenggamnya. Perubahan pada skema ini mengantar individu menuju skema berikutnya.
Jika tahap satu itu selesai atau telah terlewati, maka tahapan selanjutnya dari teori Piage adalah periode pra-operasional (usia 2-7 tahun). Masa ini dicirikan dengan karakteristikpikirannya yang bersifat egosentris, pemikirannya didominasi oleh persepsi saja, intuisinya lebih mendominasi daripada pikiran logisnya, dan belum memiliki kemampuan konservasi. Selanjutnya yaitu tahapan operasional konkret (7-11 tahun), anak sudah memiliki kemampuan konservasi yaitu kemampuan untuk mentransformasikan sifat objek. Jadi, pada masa ini contohnya, anak sudah mampu membedakan mana volume air yang lebih banyak dari wadah yang berbeda bentuknya; anak memiliki pemahaman tentang angka; dan berpikir konret. Terakhir adalah tahapan operasioanl-formal (11 tahun ke atas) dengan ciri: anak sudah mampu berpikir proporsional, pikirannya bersifat menyeluruh dan umum, mampu membuat hipotesis-hipotesis, dan perkembangan idealismenya semakin kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H