Lihat ke Halaman Asli

Tentang Gie yang Belum Usai

Diperbarui: 21 Agustus 2022   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Istimewa

"Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin."

Mungkin ini salah satu kata-kata motivasi dari Gie yang saya sukai. Seuntai kata penuh harap akan diri untuk tetap tegar dan kokoh, tentu saja bukan hanya berdiam diri dari terpaan angin tetapi bergerak menerjang segala tantangan dan permasalahan yang dihadapi.

Siapa yang tidak kenal Gie, pemuda dengan nama lengkap Soe Hok Gie ini sangat menginspirasi baik rekan-rekan se-zamannya atau untuk pemuda atau kalangan mahasiswa masa kini. Soe Hok Gie lahir di Jakarata, 17 Desember 1942 ia lahir bertepatan dengan Jepang yang sedang berkuasa di tanah air. 

Gie adalah seorang aktivis keturunan Tionghoa-Indonesia yang menentang kediktatoran berturut-turut dari Presiden Soekarno, Gie termasuk ke dalam kelompok yang melengserkan Soekarno dari tahta kepresidenan.

Meskipun pada akhirnya Gie merasa diperalat oleh kelompok yang menginginkan Soekarno turun tahta, karena setelah Soeharto menggantikan Soekarno sebagai presiden dan melahirkan orde baru, hal ini rupanya tak jauh berbeda dan lebih parah dari apa yang dibayangkan oleh Gie. 

Sehingga pada akhir hayatnya Gie memilih untuk mengasingkan diri dan menutup usianya dalam dekapan hangat Mahameru.

Kali ini penulis akan membahas salah satu sifat dari seorang Gie yang setidaknya bisa kita jadikan pedoman dalam menjalani langkah demi langkah kehidupan yang menurut Gie dalam sajaknya Mandalawangi-Pangrango yang ditulis tahun 66'

"Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline