Lihat ke Halaman Asli

Ian Fitriansyah

Basra Corporation

3 Kebiasaan Seorang "Pemimpin Asli"

Diperbarui: 21 Juni 2018   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi "pemimpin" tidak semudah yang dibayangkan, sebagian orang mengira setelah diangkat menjadi supervisor, manager atau bahkan direktur, dia lantas menjadi pemimpin ? Belum teman!, Dia baru jadi "pimpinan", dengan legitimasi secarik surat keputusan yang menunjuk dia menjadi orang yang bertanggung jawab di departemen, divisi atau di organisasi tersebut, atau bahasa kerennya "de jure". Lantas bagaimana supaya masuk dalam fase "Pemimpin"? Diperlukan pengakuan secara "de facto" yaitu diakui oleh seluruh bawahan yang akan ikut secara "sukarela" semua petunjuk yang diberikan oleh pimpinan yang memimpin, agar pekerjaan dalam organisasi berjalan dengan baik.

3 kebiasaan "pimpinan" agar bisa naik fase menjadi "pemimpin" yang efektif

  • Jadilah pimpinan yang selalu memberdayakan orang lain. Jangan salah sangka maksud memberdayakan adalah membuat orang yang berada di sekeliling anda menjadi punya "daya" atau energi lebih. Mengapresiasi, memberikan semangat, memberikan tantangan yang proporsional adalah sebagian dari kebiasan pimpinan yang memberdayakan, sehingga setiap ketemu dengan anda, orang akan merasa "bertambah" energinya. Sebaliknya, marah tanpa sebab, mencela adalah kebiasaan yang harus anda hindari, itu adalah pemicu berkurangnya "energy" orang 2 yang ada di sekitar anda. Tolak ukur bahwa anda sudah menjadi "pemberdaya" adalah : "Tidak ada anda tidak rame!" Maksudnya...bahwa kehadiran anda menjadi bahan bakar kinerja seluruh team, dengan mereka tahu bahwa anda ada untuk mereka seluruh pekerjaan menjadi menyenangkan. Sebaliknya apabila kehadiran anda mengurangi "energy" mereka, ini merupakan tanda bahwa anda bukan pimpinan yang memberdayakan. Banyak contoh dimana keceriaan ruangan kantor berubah 180 derajat pada saat pimpinannya masuk, atau fenomena semangat baru muncul pada saat seluruh anggota team tahu bahwa pimpinannya tidak bisa hadir karena berhalangan. Miris ya! Bayangkan bagaimana pimpinan seperti itu bisa membuat organisasi berjalan dengan baik? Jangankan program yang standard, program yang harusnya baik pun akan dipandang buruk oleh team akibat resistensi pribadi pada pimpinannya.   
  • Selalu menginspirasi. Datang lebih awal, melakukan lebih dulu apa yang anda perintahkan, dan konsisten akan seluruh kebiasaan baik, menjadikan orang sekitar anda terinspirasi dan sukerela mengerjakan apa yang anda perintahkan. Setiap informasi dan perintah dari pemimpin seperti ini akan dipandang sebagai potensi sukses dari hanya sekedar teori omong kosong.
  • Membagikan "visi"bersama secara berjangka. Ini adalah tahap advance agar anda menjadi pemimpin yang efektif. Visi yang jelas akan menjadi "roh" dalam setiap tindakan sehari-hari orang sekitar anda, anda akan mendapatkan team yang mempunyai jiwa dalam melakukan pekerjaannya, karena anda selalu memberikan arah tujuan yang jelas apa yang akan dicapai dalam setiap pekerjaan.

Selamat mencoba teman

Fitriansyah

Founder of FIT Consulting

First Integration Training

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline