Lihat ke Halaman Asli

Ian CK

Poeta Viator

Seminari Tinggi St Mikhael Gelar Pameran Seni Budaya Flobamora

Diperbarui: 26 September 2019   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tarian Likurai. Dibawakan oleh FOSMAB Belu. Mengisahkan tentang sukacita musim tanam - dokpri

Menyambut Pesta Keluarga XXVIII Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui  Kupang menggelar pameran seni budaya etnik flobamora selama dua  hari (25-26 September 2019) bertempat di pelataran Kapela Seminari Tinggi. 

Kegiatan ini merupakan serangkai kegiatan menuju pesta puncak yang akan dilaksanakan pada tanggal 29 September 2019 dalam perayaaan Ekaristi Kudus. 

Bertepatan dengan perayaan ini, Komunitas Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui Kupang akan merayakan Syukur 25 Tahun Imamat kedua imam yakni, Rm. Yohanes Subani, Pr asal Keuskupan Atambua (Dekan Fakultas Filsafat Unwira Kupang) dan Rm. 

Kornelis Usboko, Pr asal Keuskupan Agung Kupang. Dalam rancanagan panitia, Frater-Frater yang berasal dari Keuskupan Atambua, Keuskupan Agung Kupang dan Keuskupan Weetebula Sumba dibagi kedalam delapan kelompok dengan mengangkat nama suku yang di wilayahya.Kelompok-kelompok tersebut adalah Uma Metan -- Belu, Besi Badaen -- Malaka, Ende -- Lio, Kambera -- Sumba, Kodi -- Sumba, Amarasi -- Kupang , Abui -- Alor dan Tamkesi -- TTU.

Pameran seni budaya ini dikreasi dengan beragam bentuk seni yakni; tarian--tarian tradisional, Orkestra, Vokal Solo, Dramatisasi Puisi dan sebagainya. 

Selain pameran seni, panitia juga menyelanggarakan Bazar Budaya yang menyediakan aneka souvenir, aksesesoris budaya, cerita rakyak, kain tenun, foto, ukiran-ukiran budaya dan sebagainya.  

Malam seni budaya ini disponsori oleh Indi Home Oebufu, melibatkan juga komunitas  Leko Kupang.  Komunitas ini hadir sebagai penggerak budaya literasi bagi kaum muda dengan mengahadirkan lapak buku-buku bervarian tema.

Pegelaran seni budaya merupakan manifesta dari tema umum yang diusung oleh panitia yakni "Hidup Orang-Orang Terpanggil dalam Keberagaman Budaya (Bdk Ef 4:1-16)". 

Panitaia menyadari bahwa  imamat lahir dan bertumbuh dalam keberagaman budaya dan pelayanan Injil Kristus akan bersentuhan langsung dengan gerakan budaya setempat. 

Maka penting bagi calon imam diosesan untuk mengenal, mencintai dan melestarikan warisan budayanya masing-masing. Pelestarian budaya yang berkelanjutan adalah tanggung jawab bersama sebagai sebuah komunitas kehidupan yang syarat nilai dan makna. Selain sebagai usaha pelestarian budaya, kegiatan ini merupakan orientasi  pastoral berbasis budaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline