Lihat ke Halaman Asli

Ianatul Mustafida

Mahasiswa/Universitas Airlangga

Stop! Melakukan Diskriminasi dan Stigma Masyarakat terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)

Diperbarui: 7 Juni 2022   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tingginya kasus diskriminasi dan stigma masyarakat terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) menjadi salah satu hambatan dalam menghadapi penanggulangan HIV / AIDS. Tingginya kasus tersebut membuat para ODHA enggan melakukan tes HIV dan menutupi jika hasil tesnya positif HIV/AIDS. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA telah tersebar dengan cepat, sehingga membuat ODHA merasa ketakutan dan kecemasan. Pengertian diskriminasi menurut KBBI adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya). 

Munculnya stigma dan diskriminasi disebabkan karena kurangnya keterlibatan masyarakat dalam setiap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, kurangnya informasi dan edukasi tentang HIV/AIDS. Sehingga banyak pemikiran yang tidak sesuai seperti, masyarakat yang berpandang bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang cepat menular, aib, dan tidak ada obatnya, sehingga ODHA harus dijauhkan. Namun, tidak hanya masyarakat yang melakukan diskriminasi akan tetapi banyak petugas kesehatan maupun mahasiswa pendidikan tinggi juga bisa melakukan hal tersebut. 

Di Indonesia banyak ODHA yang ditolak di masyarakat, dikucilkan, sulit mencari pekerjaan, tidak diizinkan untuk menggunakan toilet umum, perbedaan tempat makan, pengisolasian diri, dikeluarkan dari sekolah dan tempat kerja, dan bahkan banyak ODHA yang ditolak saat berobat. 

Menurut data dari UNAIDS menyebutkan bahwa sekitar 63% masyarakat Indonesia enggan berinteraksi dengan ODHA. Sebenarnya yang harus dipahami oleh masyarakat yaitu penyakit HIV/AIDS itu tidak mudah tertular melalui jabat tangan, pelukan, ciuman, berinteraksi, maupun berpapasan. Namun, penularan HIV/AIDS yaitu melalui hubungan seks, penggunaan jarum suntik bekas, ataupun transfusi darah. Kita harus terapkan slogan "Jauhi Penyakitnya bukan Orangnya", slogan tersebut bisa menjadi dasar masyarakat untuk menghindari kasus diskriminasi dan stigma masyarakat terhadap ODHA. 

Berdasarkan video yang diupload oleh Kitabisa.com melalui youtube yang berjudul "Social Experiment: Ketemu Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) - #NolDiskriminasi" yang berisikan tentang obrolan dari dua orang yang memiliki penyakit yang berbeda, namun mereka mempunyai kesamaan yaitu pernah didiskriminasi oleh orang terdekat. Dari video tersebut terdapat salah satu komentar dari Clara Melina yang menceritakan tentang temannya yang positif HIV/AIDS, komentar tersebut bertuliskan "Punya sahabat HIV+, dampingin dari test dll ga ada kepikiran buat jauhin karena saya banyak baca-baca tentang HIV dan penularannya.. kebayang ga sih mereka udah down sama kenyataan diri mereka, tapi masih harus terima perlakuan ga enak dari orang-orang disekelilingnya? Yang mereka perlu adalah support, sehingga mereka bisa survive untuk melawan penyakitnya. HIV tidak menular hanya karena salaman maupun cium pipi. Semoga dgn video ini mata public lebih terbuka dan stigma negative tentang HIV mulai berubah.. hindari penyakitnya, bukan orangnya. Untuk kalian berdua, kalian kuat dan hebat! Masih banyak org yg sayang dan peduli sama kalian ". Dari komentar tersebut kita bisa ketahui bahwa ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) sangat membutuhkan dukungan dari kita. 

Youtube Channel dari Ardanradio pun pernah melakukan sebuah sosial eksperimen yang diupload dan berjudul "AKU POSITIF HIV (A! SocialExperiment)". Dari video tersebut sedikit dari masyarakat yang berani untuk jabat tangan dengan ODHA. 

Solusi dalam mengatasi diskriminasi dan stigma masyarakat perlu diatasi yaitu dengan cara memberikan edukasi kepada masyarakat terkait informasi penularan HIV/AIDS karena seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang penularan HIV/AIDS tidak akan melakukan diskriminasi dan stigma kepada ODHA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline