Lihat ke Halaman Asli

Kognisi Anak dan Orang Dewasa

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bayangkan ketika kita orang dewasa meminta anak kecil untuk menceritakan kejadian yang dialaminya disekolah tadi, mungkin ia akan menceritakan mulai dia brangkat sekolah, apa saja yang terjadi dikelas dan kejadian tentang teman-temannya. Maka dari cerita singkat anak tadi maka kita dapat mempelajari tentang pengetahuan anak, cara penyimpanan informasi, dan gramatika cerita.

Dalam cerita anak tentang pengalamannya dikelas tadi, anak menggorganisasikan episode berdasarkan urutan (pertama-tama,..kemudian..terus.. dan seterusnya)dan dalam bentuk skema atau gramatika (terdapat tema, subjek, awal mula, dan akhir cerita). Mandler (1983) yang membahas gramatika cerita pada anak berpendapat bahwa cerita memiliki “suatu struktur yang diletakkan meliputi: kompenen setting, tokoh utama dan pengantar yang berupa informasi yang melatar belakangi, diikuti dengan satu atau beberapa episode yang membentuk struktur pola cerita. Maka dari itu kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam usia yang sangat muda partisipan cukup kesulitan untuk membuta skema cerita, dimana mereka malakukan encoding terhadap pengalamannya.

Selaian itu ada juga Berfikir Metaforis, kita dapat mengambil contoh bahwa naka-anak biasanya memainkan pistol-pistolan dengan cara menelunjukkan jari telunjuk mereka maka dengan jari mereka akan menyerupai seperti pistol, selain iti biasanya anak-anaka memainkan balok untuk mereka umpamakan menjadi sebuah mabil. Menurut Fein 1979 bayi hingga usia setahun belum memiliki kemampuan untuk bermain pura-pura. Setelah usia enam tahun, mereka tampaknya secara umum lebih menyukai permainan lain, misalnya saja robot-robotan atau mobil-mobilan sungguhan bukan yang terbuat dari sebuah balok. Tampaknya perkembangan kemampuan intelektual, kretivitas, dan imagery berhubungan dengan pemikiran metaforis pada anak.

Jadi penelitian-penelitian yang membandingkan kognisi tingkat lanjut pada anak dan orang dewasa menunjukkan bahwa anak-anak menggunakan skematik cerita yang sama dengan cara yang dilakukan orang dewasa. Sementara orang dewasa lebih mengandalkan representasi semantik, anak-anak lebih mengandalkan representasi yang mengandalkan presepsi , misalnya saja imagery atau biasa yang disebut dengan pembayangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline