Lihat ke Halaman Asli

Ianatul Ulya

Mahasiswa

Kurikulum yang Berpusat pada Siswa: Menyelaraskan Pembelajaran dengan Kebutuhan Individual

Diperbarui: 1 Juni 2024   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Guna meyensuaikan upaya pembelajaran dengan kebutuhan individual siswa, dan untuk membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran adalah tujuan dari diterapkannya kurikulum yang berpusat pada siswa. Hal ini diterapkan tidak semata-mata hanya untuk menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, daya tanggap yang baik terhadap perubahan serta untuk meningkatkan kemampuan kolaboratif.

Untuk mencapai hal ini bisa dengan cara menerapkan pembelajaran yang berbasis tugas yang secara nyata dibebankan kepada siswa untuk mengukur pencapaian kompetensi yang dibelajarkan, baik ketika kegiatan pembelajaran masih berlangsung atau ketika sudah berakhir atau biasa kita kenal dengan tugas autentik, bisa juga dengan cara lain seperti pembelajaran yang berbasis proyek yakni metode pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Dengan menerapkan hal tersebut siswa diberikan tantangan yang sesuai dengan kehidupan nyata, yakni mereka harus mengaplikasikan keterampilan serta pengetahuan yang sudah mereka dapatkan guna menyelasaikan suatu persoalan atau mencapai tujuan tertentu. Pendekatan ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna, tetapi bukan hanya itu, pendekatan ini juga untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata.

Dalam hal ini kurikulum yang menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa juga perlu memperhatikan aspek pembelajaran selain akademis yakni memperhatikan kesehatan mental serta kesejahteraan emosional siswa. Ini penting dikarenakan dampak langsung pada kinerja akademis siswa adalah akibat dari kesejahteraan siswa. Yang harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah itu sendiri adalah aksesibilitas layanan kesehatan mental, pembelajaran sosial emosional dan juga dukungan psikologis. Karena hal tersebut, guru yang berperan sebagai fasilitator serta evaluator harus ditegaskan, dimana tujuan dari asesmen itu bukan hanya untuk mengetahui serta menilai pengetahuan siswa, tetapi juga untuk mengetahui serta menilai kemampuan siswa dalam penerapan pengetahuan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peran asesmen untuk mencapai kompetensi dasar siswa mencakup banyak aspek penting, tetapi hubngannya dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa itu menjadi kunci untuk mewujudkan lingkungan pembelajaran yang relevan dan efektif.

Karena menjadi bagian dari integral kurikulum, asesmen memegang peran penting untuk mengukur kompetensi yang dicapai siswa. Asesmen sebagai alat untuk mengevaluasi dan bukan sekedar untuk mengukur hasil belajar, tetapi juga untuk menilai potensi dan kemampuan siswa dalam hal kehidupan sehari-hari dan pengembangan pribadi. Tidak hanya untuk mengukur capaian akademis, asesmen juga sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan dan juga kekuatan siswa dalam memahami preferensi pembelajaran meraka, juga untuk mengukur progres mereka sepanjang waktu. Dengan asesmen formatif, guru dapat memberikan umpan balik tepat waktu pada siswa, yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan pemahaman mereka, dan juga untuk meningkatkan kinerja akademis meraka. Dengan hal tersebut, asesmen dalam kurikulum akan menjadi hal penting untuk menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan individu siswa.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa memiliki hubungan dengan peran asesmen yang sangat penting untuk mengetahui potensi siswa secara keseluruhan. Pembelajaran yang berpusat pada siswa mengharuskan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dimana mereka bukan sekedar menjadi penerima informasi, tetapi mereka juga sebagai konstruktor pengetahuan. Asesmen yang terintegrasi baik dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa akan menjadi alat yang akan membuat guru lebih memahami minat, kebutuhan individu siswa dan juga gaya belajar siswa itu sendiri. Pendekatan model pembelajaran yang menerapkan pendekatan yang berpusat pada siswa menjadikan asesmen terintegrasikan sebagai bagian dari proses pembelajaran sehari-hari. Guru dapat memakai berbagai metode asesmen, seperti halnya diskusi kelompok ataupun tugas proyek, juga bisa dengan penugasan berbasis proyek untuk mengetahui pemahaman siswa secara berkelanjutan. Dengan memberikan penekanan dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru dapat menciptakan suatu pengalman belajar baru yang meanrik bagi siswa dan tentunya juga relevan.

Tidak kalah pentingnya dari hal-hal diatas, perpaduan antara guru, siswa dan juga orang tua dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum yang berpusat pada siswa. Peran orang tua dalam proses pembelajaran memegang peran yang signifikan dalam kesuksesan pendidikan anak-anak mereka. Dengan melibatkan orang tua secara aktif, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang kooperatif dan juga mendukung. Dengan demikian, pendekatan kurikulum yang berpusat pada siswa bukan hanya untuk menyesuaikan isi pembelajaran dengan kebutuhan individu siswa, tetapi juga untuk membangun kesejahteraan, keterampilan, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan pendekatan yang inklusif dan holistik in dapat memastikan bahwa setiap siswa berhak mendapat kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang secara optimal dalam hal pendidikan yang semakin beragam dan kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline