Semakin marak aja radikalisme Islam di Indonesia. Islam yang terkenal moderat, santun khas Indonesia semakin kehilangan arah. Benarkah Islam khas Indonesia mulai pudar. Melihat sejarah masuk dan perkembangan Islam di Indonesia, ada kenyakinan bahwa Islam Indonesia adalah Islam yang Rahmatan Lillalamin. Khas Islamnya para Sunan (Walisongo).
Memasuki era 80-an sampai kini memang kita dikejutkan dengan munculnya berbagai radikalisme. Berbagai peristiwa pengeboman, isu terorisme, cap paham radikal dan lain-lain. Apalagi dihebohkan dengan politik dunia. Setelah Al-Qaida menghebohkan dunia sekarang muncul ISIS yang menurut media jauh lebih mengerikan.
Menanggapi peristiwa-peristiwa tersebut pemerintah membentuk team penyergap dan pemburu teroris (Densus 88) dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Tujuannya tentu ingin memberantas teroris dan menghilangkan paham radiakalisme. Bisakah? Fakta sekarang sepertinya masih mengkhawatirkan isue teroris dan radikal ini.
Sebenarnya kalau dirunut mereka yang terlibat teroris dan di cap memiliki paham radikal tidak ada satupun yang khas Indonesia. Semuanya berkaitan dengan luar negeri atau politik internasional. Mereka para pelaku selalu mengatakan sedang melaksanakan jihad. Jihad atas ketidakadilan dunia terhadap Islam. Khususnya ketidakadilan AS dan Israel terhadap dunia Islam.
Dulu karena keterbatasan teknologi (internet) umat Islam Indonesia hanya kenal NU dan Muhammadiyah. Sekarang kita mengenal dunia luar dengan berbagai macam pemikiran dan aliran. Akibat dari pemahaman pemikiran yang beraneka ragam aliran, generasi muda sekarang sangat mudah menyakini sebuah kebenaran. Kebenaran yang apabila dijalankan adalah jihad baginya. Sementara pihak lain belum menghukumi jihad.
Pengaruh pemikiran dan aliran ini yang perlu diwaspadai. Bukan dengan cara membendung informasi. Karena tidak mungkin diera digital membendung sumber informasi. Tetapi yang terpenting memahamkan berbagai informasi dengan pemahaman yang benar. Menambah informasi dan referensi yang jauh lebih lengkap. Jangan sampai pemahamannya menjadi salah arah. Maksudnya jihad tetapi bertempur dengan saudara sendiri.
Disinilah fungsi BNPT sesungguhnya bukan memblokir situs berbau Islam tetapi mengajak dialog sekaligus menambah sumber informasi dan melengkapi referensi yang ada supaya informasinya menjadi benar. Saya kuatir apa yang dilakukan oleh BNPT saat ini bukan menghilangkan radikalisme tetapi justru menumbuhkan radikalisme.
Termasuk aktifitas Densus 88. Ada kekhawatiran tersendiri bahwa show of force yang dilakukan Densus 88 selama ini bukan menghilangkan teroris justru melahirkan dan mensolidkan teroris baru.
Indonesia itu khas, punya kebudayaan tersendiri. Tentunya umatnya juga khas khususnya umat Islam Indonesia. Umat Islam itu cinta damai. Carilah jalan menghalau teroris dan radikalisme dengan cara khas Indonesia. Khas bangsa ini adalah musyawarah mufakat. Ajaklah umat ini dialog. Rangkul, gandeng, dengarkan suara mereka. Densus 88 dan BNPT bukanlah hasil bentukan budaya Indonesia. Dua-duanya budaya Amerika. Densus 88 dan BNPT bubar Teroris dan Radikalisme Buyar.
Salam Damai Untuk Negeri>>>>>