Lihat ke Halaman Asli

Ian Wong

Dosen, Peneliti

Debat Capres (3): Jokowi Kembali Mengerjakan PR-nya

Diperbarui: 18 Juni 2015   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14035190511969774254

[caption id="attachment_344389" align="alignnone" width="512" caption="(Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2014/06/23/jokowi-wins-prabowo-s-turf.html)"][/caption]

Topik ketahanan nasional dalam debat capres 22 Juni 2014 banyak dianggap sebagai area keahlian Prabowo. Namun Jokowi tampil mengejutkan dan menunjukkan bahwa dia mengerjakan pekerjaan rumahnya. Jokowi memperlihatkan diri sebagai pembelajar yang baik dan berhasil menguraikan pendekatan kebijakan luar negeri dan ketahanan nasional dalam berbagai komponen fokus, yang meliputi: (1) Perlindungan WNI (menyangkut TKI), (2) Perlindungan sumber daya maritim dan perdagangan, (3) Produktivitas dan daya saing nasional, serta (4) Keamanan regional kawasan dan ketertiban dunia. Di lain pihak, Prabowo lebih banyak tampil dengan teori sederhana bahwa dengan mengatasi kebocoran dan kondisi ekonomi dalam negeri akan dengan sendirinya menghasilkan ketahanan nasional.

Jokowi mengedepankan diplomasi dalam menyikapi berbagai persoalan internasional, sekaligus menekankan tidak akan ragu mengambil keputusan tegas jika Indonesia jelas dilanggar kedaulatannya. Contoh konkret adalah ketika disodorkan kasus kontroversi Laut Cina Selatan. Prabowo, walaupun beberapa kali menyebutkan policy a thousand friends and zero enemies, namun mengisyaratkan bahwa Indonesia seharusnya terlibat dalam kontroversi Laut Cina Selatan walaupun tidak punya klaim wilayah. Jokowi sebaliknya, lebih memposisikan Indonesia sebagai penengah melalui diplomasi.

Jokowi juga kembali menyodorkan banyak langkah konkret yang dapat ditempuh dalam melindungi TKI, yang meliputi seleksi dan pelatihan TKI sampai kepada pemilihan negara dengan perlindungan hukum yang jelas. Untuk Prabowo, problem TKI kembali disederhanakan sebagai akibat kemiskinan dan kurangnya lapangan pekerjaan dalam negeri.

Secara umum, Prabowo tampak lebih kental dengan orasi daripada langkah dan analisis kritis. Ditanya soal perubahan kebijakan luar negeri, Prabowo hanya mengatakan bahwa sudah baik dan tak ada usulan yang dikemukakan. Ditanya soal ancaman terbesar yang dihadapi bangsa, kembali problem kebocoran sumber daya yang disebutkan. Bahkan ketika diskusi tentang detail pemilihan tank leopard, Prabowo kembali menutup dengan orasi bahwa kemakmuran adalah kunci ketahanan nasional.

Di lain pihak, Jokowi menghindari generalisasi masalah. Tidak semua relasi internasional harus memicu konflik. Ketika disudutkan soal penjualan Indosat ke asing, Jokowi memperlihatkan bahwa pendekatan yang berbeda harus dijalankan dalam kondisi ekonomi krisis berat dibanding kondisi ekonomi yang stabil. Dalam diskusi tank leopard, Jokowi justu mendorong menuju peningkatan industri pertahanan dalam negeri.

Dalam debat kali ini, Prabowo juga menyebutkan bahwa relasi tegang dengan Australia adalah akibat phobia dari pihak Australia. Di lain pihak, Jokowi mendorong peningkatan trust dalam relasi antar negara melalui diplomasi. Walaupun menilai debat terbaru ini sebagai draw, Wall Street Journal mengomentari bahwa Jokowi lebih banyak menunjukkan substansi dalam berbagai topik yang didiskusikan, sedangkan Prabowo lebih terpaku pada retorika kemakmuran dan proteksi kebocoran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline