Lihat ke Halaman Asli

Ian Wong

Dosen, Peneliti

Pilpres 2014: Kampanye Terkotor, KPU Terbersih, Capres Paling Tidak Sportif

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14064012381130354323

[caption id="attachment_349883" align="aligncenter" width="600" caption="(Sumber: http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/07/05/182830/2628953/1562/gerak-gerik-jokowi-dari-sebelum-sampai-sesudah-naik-panggung-di-gbk)"][/caption]

Pilpres 2014 penuh warna superlatif. Dan ini bukan hanya menjadi catatan sejarah dalam berbagai media dalam negeri, melainkan juga media internasional. Pilpres 2014 adalah pilpres dengan kampanye terkotor! Kanupriya Kapoor dan Eveline Danubrata dari Reuters menyebut kampanye pilpres 2014 sebagai yang paling kotor dan konfrontatif! Kapoor dan Danubrata merefer pada deklarasi kemenangan Prabowo pada tanggal 9 Juli 2014 dengan berbekal hasil quick count lembaga survey bermasalah. Namun begitu, kekotoran kampanye sudah mulai dari awal dengan berbagai kampanye hitam ganas yang menyerang Jokowi. Pemimpin redaksi Obor Rakyat masih terus diproses dan dijerat pasal berlapis penyebaran fitnah dan kebencian.

Peter Hartcher dari Sydney Morning Herald mencatat bahwa kampanye hitam terhadap Jokowi ini sangat efektif dan membuat Prabowo hampir menang. Selisih elektabilitas awal Jokowi terhadap Prabowo dari berbagai survey yang mencapai 20-40% di awal kampanye, menurun sampai sekitar 5% saja pada minggu terakhir menjelang pilpres. Kalau ada kecurangan masif, sistematis terstruktur, mungkin adalah proses kampanye hitam dan manipulasi quick count yang terjadi pada pilpres kali ini. Satu hal kita yakin pasti, kampanye pilpres kali ini adalah yang paling kotor dalam sejarah Indonesia!

[caption id="attachment_349884" align="aligncenter" width="680" caption="(Sumber: http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/07/05/foto-foto-lautan-manusia-pada-konser-salam-2-jari-untuk-jokowi-jk)"]

14064014461548755473

[/caption]

Di lain pihak, KPU kali ini adalah yang terbersih sepanjang sejarah Indonesia. Bayangkan saja, sejak tanggal 9 Juli, hasil KPU sudah dikawal oleh berbagai lembaga survei kredibel dengan hasil quick count mereka yang terbukti sangat dekat. Dan bukan cuma itu, KPU juga meladeni sejak awal dengan transparansi dengan mengupload form C1 dari TPS ke situs mereka secara terbuka. Hal ini malah memicu kreativitas netizen untuk menggalang penghitungan real count secara gotong royong (crowd-sourcing) melalui situs kawalpemilu dan kawal-suara. Dengan praktek transparan dan berbagai kontrol independen ini, tentu tidak sama sekali tertutup kemungkinan kesalahan teknis ataupun usaha kecurangan di lapangan. Namun, belum pernah dalam sejarah Indonesia, KPU begitu transparan dan terkontrol secara terbuka. Menuduh ada kecurangan masif, sistematis terstruktur di KPU bukan hanya tidak menghormati KPU, melainkan juga menunjukkan kebutaan pada berbagai fakta tak terbantahkan bahwa KPU kali ini adalah yang terbersih dalam sejarah Indonesia.

Pilpres ini juga menjadi ajang pamer kekuatan dari capres yang paling tidak sportif! Bukan saja Prabowo melakukan deklarasi kemenangan dengan manipulasi quick count, berkali-kali meng-klaim yakin menang dan akan menerima keputusan KPU,  tapi malah melakukan pidato tolak pilpres sebelum pengumuman KPU. Tak heran pidato curhat Prabowo di youtube (24 Juli 2014) malah menuai banyak cemooh. Bukan hanya Reuters yang tercengang dengan kelakuan capres ini, melainkan juga CNN, BBC News, BloombergWall Street Journal dan LA Times. Bukankah memang sangat mengherankan kalau kubu yang terkait dengan kampanye hitam terkotor, menggugat KPU terbersih sepanjang sejarah? Akankah MK mampu adil dalam mempertimbangkan berbagai fakta ini?

[caption id="attachment_349898" align="aligncenter" width="595" caption="(Sumber: http://www.economist.com/news/leaders/21608750-jokowis-victory-landmark-he-now-has-balance-reconciliation-decisive)"]

1406411927524237582

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline