Pada zaman sekarang ini perkembangan tekhnologi dan informasi sudah tak dapat lagi dihindarkan. Di era digital ini sudah beberapa inovasi hadir untuk memudahkan segala bentuk aktivitas manusia. Mulai dari elektronik, infrastruktur, bahkan juga transportasi. Ini merupakan salah satu dampak dari Revolusi industri 4.0. Yang dimana hampir seluruh aktivitas manusia akan berkaitan dengan tekhnologi.
Salah satu kemajuan tekhnologi dalam bidang transpotasi adalah dengan hadirnya transportasi online berbasis aplikasi seperti Grab. Aplikasi ini sangatlah memudahkan umat manusia terutama jika hendak bepergian. Tinggal pencet melalui aplikasi yang sudah ada di smartphone kita, pengemudi bisa tiba di depan rumah kita dan siap mengantar kemana saja kita akan pergi tanpa harus cape menghampiri ke pangkalan atau terminal. Dengan menggunakan transportasi online ini resiko untuk tersesat pun sangat minim karena dalam aplikasi ini sudah dilengkapi dengan GPS.
Untuk masalah harga, tak perlu khawatir akan kemahalan, karena untuk tarif sudah ditentukan dengan menyesuaikan jarak yang akan ditempuh dan tidak perlu tawar-menawar dengan pengemudi. Dengan menggunakan aplikasi Grab ini konsumen akan diuntungkan dari segi waktu, biaya dan kenyamanan.
Selain dari fitur GrabBike dan GrabCar, Grab juga menyedikan fitur lain seperti pemesanan cari makanan (GrabFood), belanja bulanan (GrabFresh), tiket film (BookMyShow di Grab), nangis nonton drama (Hooq di Grab), layanan pemesanan kurir (GrabExpress), hingga pembayar tanpa memerlukan uang tunai (OVO).
Tentunya dengan adanya aplikasi ini akan sangat memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Karena dalam era digital ini semua manusia ingin segala apapun yang serba instan. Hadirnya aplikasi Grab ini bisa jadi solusi dari semua kebutuhan manusia.
Namun, bukan berarti kelebihan yang ditawarkan aplikasi ini tidak menimbulkan masalah. Masalah yang datang bukan dari aplikasinya, melainkan dari sikap pengemudi transportasi konvesional terhadap kehadiran aplikasi ini. Seperti yang kita ketahui, banyak aksi demonstrasi menuntut penutupan aplikasi online. Sayangnya demonstrasi yang dilakukan juga di ikuti dengan perusakan terhadap mobil berbasis aplikasi dan kekerasan terhadap pengemudinya.
Alasan aksi ini tidak jauh dari urusan perut. Semenjak kehadiran aplikasi online, penumpang transportasi konvensional menurun drastis. Kelebihan yang diberikan aplikasi online berupa kemudahan akses dan harga yang miring membuat konsumen mulai meninggalkan transportasi konvensional. Padahal banyak supir maupun pengemudi ojek yang bergantung mencari nafkah melalui transportasi konvensional. Dengan menurunnya jumlah penumpang maka keadaan ekonomi akan terganggu.
Melihat fenomena ini tentunya pemerintah tidak tinggal diam. Kementrian perhubungan dan kementrian informasi dan tekhnologi mulai melakukan kerjasama terkait aplikasi online. Regulasi dan peraturan perundang-undangan mulai dihadirkan untuk mengatur kesejahteraan antar sesama pengemudi baik itu online maupun konvensional. Mulai dari keterbukaan informasi aplikasi online terhadap pemerintah, kewajiban membayar pajak, menetapkan tarif bawah, bahkan pemberian stiker atau kode khusus untuk kendaraan berbasis online.
Jika semua aturan itu dilaksanakan maka aplikasi online akan terus beroperasi bersaing secara sehat dengan transportasi konvensional. Namun perlu diketahui, zaman akan terus berubah. Jika transportasi konvensional tidak dapat mengikuti perkembangan zaman maka lambat laun akan terbenam juga. Konsumen akan semakin cerdas untuk memilih sesuatu yang praktis dan mudah, dengan pembaharuan yang terus dilakukan aplikasi online maka masyarakat pun akan cenderung menggunakannya.
Transportasi konvensional harus banyak belajar. Belajar mengikuti perkembangan zaman, karena yang dihadapi adalah zaman di era digital. Ketergantungan manusia terhadap handphone atau tablet digunakan para pencari peluang usaha untuk memanfaatkannya dengan menghadirkan sesuatu yang praktis dan mudah digunakan. Belajar untuk memberikan pelayanan terbaik, karena prioritas utama dalam penjualan baik itu berupa barang atau jasa adalah kenyamanan. Dan belajar untuk siap berkompetisi dalam memberikan kemudahan konsumen dalam hal biaya dan waktu.
Jika transportasi konvensional dan aplikasi online dapat terus memperbaiki diri maka kesenjangan ekonomi dalam hal perebutan konsumen dapat dihindari. Yang perlu transportasi konvensional dan aplikasi online lakukan adalah meningkatkan kenyaman. Jika konsumen telah nyaman dengan salah satu transportasi maka kemungkinan kecil konsumen akan cepat beralih pada transportasi lain.