Laut Mati (Dead Sea) berlokasi di tiga negara, yakni Israel, Yordania, dan Palestina. Laut Mati sebenarnya merupakan sebuah danau yang pasokannya airnya berasal dari aliran Sungai Yordan. Mengapa dinamakan Laut Mati? Karena memang tidak ada kehidupan di dalamnya.
Tidak ada hewan maupun tumbuhan air yang sanggup bertahan hidup di air yang kadar garamnya tertinggi di dunia, 9-10 kali lebih asin daripada air laut biasa. Karena keasinannya itu, manusia dapat mengapung, tanpa perlu kuatir akan tenggelam. Yang gak bisa berenang, boleh banget nih mandi di sini!
Laut Mati juga disebut sebagai tempat terendah di dunia, karena berada 429 meter di bawah permukaan laut. Pantas saja, saat menuju ke sana dari arah Yerusalem, kami melewati jalan yang terus menurun. Menurut hasil penelitian, karena posisinya yang jauh di bawah permukaan laut, radiasi sinar ultraviolet, kadar bakteri dan virus di udara pun lebih rendah. Itu saja sudah memberikan manfaat kesehatan bagi manusia.
Namun bukan hanya itu, Laut Mati juga mengandung kadar mineral terkaya di dunia di dalam kandungan air dan lumpurnya. Kadar mineral ini menjadi tambang emas untuk industry kesehatan, kosmetik dan kimia.
Khasiat lumpur Laut Mati benar-benar terasa lho. Setelah berendam di airnya dan masker-lulur dengan lumpurnya, kulit terasa kencang dan wajah pun terlihat kinclong. Beneran! Sayangnya, turis tidak diperbolehkan membawa lumpur Laut Mati. Tapi kita bisa membeli produk kosmetik yang menggunakan lumpur dan mineral dari Laut Mati.
Selain kandungan di dalamnya, pemandangan Laut Mati juga mempesona sehingga memberikan kontribusi besar bagi industry pariwisata. Karena itulah, Laut Mati merupakan sumber pemasukan yang penting bagi ketiga negara. Israel menghasilkan pemasukan $ 3 Milyar Dollar per tahun dari penjualan mineral saja. Yordania menghasilkan $ 1,2 Milyar per tahun. Palestina pun kebagian, yakni $ 918 juta per tahun.
Besarnya potensi ekonomi, tentu membuat keberadaan Laut Mati harus dilestarikan. Seperti diketahui, daerah sekitar Laut Mati merupakan wilayah gurun yang kering dan tandus. Curah hujan sangat rendah, yakni hanya 2-4 kali dalam setahun.
Karena itu, Laut Mati hanya mengandalkan pasokan air dari Sungai Yordan. Sayangnya, populasi manusia yang terus bertambah dan intensifnya pembangunan menyebabkan aliran air tersebut semakin berkurang. Permukaan Laut Mati pun semakin menurun dengan cepat. Dikhawatirkan, Laut Mati akan hilang bertahun-tahun kemudian.
Yordania lah yang berinisiatif menawarkan solusi. Iyalah, soalnya Israel dan Palestina kan musuhan. Solusi itu adalah mengekstrak dan menyuling 300 juta m/kubik air Laut Merah (wilayah Yordania) setiap tahun. Air murninya akan digunakan untuk air minum, sisanya dialirkan ke Laut Mati melalui saluran pipa. Proyek ini dinamakan Red Sea-Dead Sea Project.
Barulah pada tahun 2013, 3 negara yang bermusuhan, Israel, Palestina dan Yordania akhirnya sepakat untuk membangun jaringan pipa air yang menghubungkan Laut Mati dengan Laut Merah. Pengerjaan pipa tersebut membutuhkan waktu lima tahun. Proyek tersebut berpacu dengan waktu karena permukaan air Laut Mati terus menurun dengan cepatnya.
Nah jika kamu sedang bepergian ke Timur Tengah, mampirlah ke Laut Mati di Yordania. Karena cuma di negara ini yang urus visanya paling gampang, Visa on Arrival. Selain Laut Mati, Yordania juga punya Petra, pantai Aqaba, Sungai Yordan, Gunung Nebo, dan lain-lain. Sekarang pun sudah ada maskapai Royal Jordanian dengan penerbangan langsung Jakarta-Amman.