Lihat ke Halaman Asli

Dengan Segala Kenangan

Diperbarui: 31 Mei 2023   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dengan Segala Kenangan

Berawal dari waktu saat pertama masuk sekolah menengah atas tapi kali ini versi madrasah aliyah. Dulu saat  pembagian untuk masuk jurusan IPA, IPS dan Agama, aku memilih untuk masuk ke jurusan IPA. Pikirku dengan masuk jurusan itu akan lebih mudah nantinya jika melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.  Singkat cerita ternyata aku mendapatkan bagian untuk kelas A2 dan asiknya lagi malah sekelas dengan teman yang boleh dibilang sudah seperti saudara. dari MI-MTS-MA selama 12 tahun kami bersama si R namanya. Namun, bukan itu juga yang menjadikan duniaku lebih spesial tapi ada seseorang yang sekali kulihat, mata ini langsung berbinar dan rasa yang berbeda ketika aku melihat orang lain. Betapa senangnya aku saat itu. Bisa dibilang juga dia menjadi primadona pada saat semasa MA dengan dapat dilihat banyak yang coba mendekatinya tapi entah semua gagal apakah cara yang dilakukan pendekatan kurang epik atau memang dia mempunyai pendirian teguh....entahlah.

Singkatnya 2 tahun telah berlangsung dan saat itu terjadi wabah yang melanda akhirnya sekolah di liburkan. Adanya sekolah diliburkan mengakibatkan pembelajaran dilakukan secara daring dari rumah, tentunya dengan pembelajaran dilakukan daring pemahaman materi yang disampaikan guru kurang begitu masuk ke dalam kepala ini. Dari sini aku yang iq pas-pas an tentunya bingung dengan tugas yang diberikan oleh guru dan ada terbesit di benak untuk bertanya kepada dia, yang aku ceritakan diawal tadi. Sosok dia ini terhitung menjadi siswa yang berprestasi sejak SMP tak heran kalau saat MA serng mendapat peringkat di kelas. Akhirnya aku memberanikan untuk mulai perbincangan via WA dengan dalih bertanya tugas dan juga melakukan pendekatan wkwkwk.....

Seiring berjalannya waktu aku dan dia menjadi lebih dekat, dekat dalam artian sesungguhnya atau pikiran ku saja, entahlah. Rasa yang ada dalam hati ini tak terbendung lagi dan ingin mengungkapkan secara langsung kepada dia. Namun, saat itu memang sedang maraknya orang yang terjangkit wabah aku pun mengurungkan niat dalam pengungkapan perasaan secara langsung kepada dia. Sebagai gantinya aku langsung nembak lewat hp. Awal-awal aku merasa bimbang dengan pilihan ku saat itu, harus mengungkapkan perasaan atau tidak. Tekad yang kumiliki sudah bulat dan matang. Masih teringat kala itu malam kamis jam 10, aku nembak dia. Namun, hasil yang kudapatkan ternyata tak sesuai harapan. Dia menolak secara halus dengan alasan belum ingin memiliki hubungan yang lebih. Okeii aku memahami keadaan waktu itu. Selang hampir 1 minggu, aku tidak melakukan chat dan berkabar lagi dengan dia serta ingin untuk belajar mencoba melupakan. NAmun, tiba-tiba dia memberikan kode dengan membalas story WA yang aku buat dan aku pun mencoba bercanda dengan membalasnya. Eh tenyata dia mau berpacaran denganku. Betapa senangnya hati ini, istilah jawa nya "bungahe atiku". Seperti halnya orang yang menjalin hubungan kami membuat komitmen kedepannya agar hubungan yang kami jalani menjadi terarah. Dalam perjalanan, ternyata kisah kami hanya dapat berjalan 4 bulan dengan alasan yang tidak disampaikan. " Biarlah cerita antara kita menjadi hal yang hanya aku dan kau yang tahu".

Padahal aku sebagai lelaki sudah berusaha agar hubungan yang kami jalani berjalan dengan baik. Ah apa daya jika keinginan tak sesuai realita. Dulu waktu masih memiliki hubungan, kami punya rencana jika melanjutkan di perguruan tinggi yang sama akan saling support satu sama lain apapun kondisinya. Kenyataannya kami melanjutkan di perguruan tinggi yang sama dengan status yang sudah berbeda. Aku menyikapi dengan legowo agat tak terlalu ambil pusing, tapi setiap ingin mendekati perempuan lain kenangan yang dulu pernah dijalani selalu terbesit dipikiran. Sudah berbagai cara untuk melupakannya, tetapi dia selalu meberikan suatu hal yang membuat rasa yang dulu bergejolak kembali. Misal dengan chat tanpa adanya angin dan hujan, membalas story WA. Hal-hal kecil tersebut mungkin menurut sebagian orang hak yang wajar, namun tidak denganku. Alasan kami memutuskan hubungan bagiku sulit untuk dijelaskan secara kata, tapi aku akui dia memang perempuan yang berbeda dengan yang lain dan aku mengagumi karenanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline