Lihat ke Halaman Asli

Fanni IndraPratama

Icak Icak Penulis

Di Umur Seperempat Abad Ini Semoga Sehat Selalu, Dirgahayu Ya!

Diperbarui: 14 Agustus 2021   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kalau emang benar kita punya kehidupan lain di masa lalu, syannaz, aku yakin betul kita pernah setidaknya berpapasan di sana. Keyakinan bisa datang dari mana saja, kan? dan lebih penting dari itu kita tak butuh alasan kuat. Perjumpaan kali pertama denganmu kuawali dengan tatapan aneh dilayar hp sekaligus perasaan menjaga jarak. 

Aku sadar kamu adalah perempuan yang barangkali menjaga dirimu dengan baik, sedangkan aku pria yang tak peduli amat dengan penampilan. Tulisanku yang sok romantis ala-ala fiersa besari mungkin membawa pikiranmu menerka-nerka, "kok anak ini bisa menarik, ya?" Hahaha itu adalah kegeeran yang percuma, barangkali. Setelah sekian lama pula mungkin kamu pasti akhirnya tahu kalau aku ini memang laki-laki yang narsis wkwkwk.

Cinta sejati tak butuh pembuktian, Syannaz, dan kamu tahu betul soal ini. Aku memang lelaki yang tidak percaya diri yang mengaku padamu bahwa aku tidak pernah memikirkan perempuan. Kamu yang waktu itu baru kenal denganku barangkali tertohok dengan laki-laki tidak jelas macam aku ini.

Kamu tahu engga? Kisah kita ini mirip Anthony dan Cleopatra versi tak jadi. Kita punya halangan kita sendiri, dan kita adalah orang bodoh yang maklum dengan ketersesatan. Kita barangkali punya cadangan kesedihan lebih banyak dari Ws Rendra yang puisi-puisinya begitu murung, tapi aku merasa kamu adalah juru mudi handal yang tahu bagaimana mengarahkan kapal untuk tak karam (betapapun besar ombak dan kencang angin) 

Syannaz, kalau aku menulis novel roman yang panjang, aku pasti akan menulis karakter sepertimu di dalamnya. Kamu tidak perlu merengek, "kok aku nggak pernah ada di tulisanmu?" hahaha Syannaz yang disayang Allah, karya orang adalah rentetan kehidupan pembuatnya yang diperkecil. Betapapun jauh tulisanku dari kisah-kisah asli, mereka adalah sejumput dari aku yang sebenarnya. Namun jangan kamu khawatir soal omonganku ini, fakta terbaiknya, aku tak pandai menulis, dan mungkin tak akan pernah membuat novel!

Keluargaku adalah cinta pertamaku, sedang kamu mungkin cinta yang kesekian. Tapi urutan yang kubuat adalah berdasarkan waktu aku mengenalnya. Aku tak pernah benar-benar membuat urutan soal cinta, seperti kamu sering mendesakku soal cinta macam apa yang paling nyantol di kepalaku. Cinta yang nyantol di kepalaku adalah cinta yang setiap saat. 

Cinta yang aktual dan kini, dan itu memang bisa jadi apa saja. Hari-hari seperti ini adalah monumen cinta yang baik buatmu, seperti  mushola kecil yang boleh menampung doamu sendirian saja di padat-padat jadwalmu mengungsi pada kesepian seperti halnya anak-anak rantau kebanyakan. Hihi. 

Aku yang berjarak 50 menit terbang dari kotamu ini, lewat surat ini, sebenarnya ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke dua puluh lima untukmu. Sekaligus maaf kalau ucapan ulang tahun saja pakai tulisan tidak jelas seperti ini. Aku cuma ingin kamu percaya bahwa tulisanku bukan melulu soal cinta, si ini, si itu hahaha.
Sekali lagi, selamat ulang tahun syannaz semoga semesta merestui apa keinginanmu.

13 Agustus di Bengkulu jam 8 malam, Namun saat kamu baca sudah tanggal 14 di kotamu Tanggerang. Hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline