Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana rasanya ketika kita antusias untuk belajar, tetapi tidak ada buku untuk dibaca? Atau ketika kita ingin pergi ke sekolah, tetapi tidak ada satu pun guru yang hadir untuk mendampingi?
Ini mungkin sulit dipahami bagi sebagian dari kita, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah dengan akses literasi yang baik dan koneksi internet yang memadai.
Namun, realitas yang menyakitkan ini nyata dialami oleh anak-anak di Pulau Runduma, di Kecamatan Tomia, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, bagian timur Indonesia.
Gugusan pulau-pulau yang membentuk Kabupaten Wakatobi, dulu dikenal sebagai kepulauan tukang besi, resmi dibentuk pada tanggal 18 Desember 2003, setelah sebelumnya Wakatobi menjadi salah satu kecamatan di Kecamatan Buton.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurus masalah pendidikan dan kebudayaan, UNESCO, menetapkan kawasan Taman Nasional (TN) Laut Wakatobi, sebagai salah satu Cagar Biosfer Bumi pada tahun 2012.
Dengan penetapan ini, Wakatobi menjadi Cagar Biosfer ke-598 di dunia yang tersebar di 117 negara. Cagar Biosfer Wakatobi juga merupakan Cagar Biosfer ke-8 di Indonesia.
Penghargaan ini seharusnya membawa kemakmuran bagi masyarakat lokal melalui pembangunan berkelanjutan. Sebelumnya, kepulauan dan perairan seluas 3,4 juta hektar di Wakatobi dideklarasikan sebagai taman nasional pada tahun 1996, yang dikenal dengan taman terumbu karangnya yang beragam.
Surga bawah laut terkenal ini, begitu mengesankan dengan kekayaan alamnya yang menakjubkan. Wakatobi menjadi rumah bagi beragam spesies laut dan pesisir, termasuk 590 spesies ikan, 396 spesies terumbu karang, 22 spesies bakau (mangrove) utama dan 11 spesies bakau asosiasi, serta 9 dari 12 spesies lamun di Indonesia.
Wakatobi merupakan tempat perlindungan bagi spesies langka dan dilindungi seperti penyu sisik, penyu hijau, dan ikan Napoleon.
Sayangnya, manfaat dan dampak positif dari surga tersebut belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat, terutama di Desa Runduma yang terletak di Kecamatan Tomia.
Oleh karena itu, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bernama Barakati Indonesia, yang berfokus pada pengabdian di daerah-daerah terpencil di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), akan mengadakan program pengabdian bertajuk Village Development Expedition (VDE) #3 yang akan berlangsung pada tanggal 24 September - 7 Oktober 2023 mendatang.