Saat menulis resensi buku ini, saya mendapat pesan singkat melalui WhatsApp dari seseorang yang mengaku sebagai kurir JNE. Dia mengirim file dengan nama foto paket return, tetapi saya curiga karena format file yang dikirimkan adalah APK, meskipun dia mencoba untuk mengubah namanya dan menambahkan JPG di belakang nama file tersebut.
Saya beruntung tidak terkecoh, namun beberapa orang mungkin tidak seberuntung saya. Dalam dunia hacking tindakan ini dikenal sebagai sniffing atau pencurian data konsumen. Modus operandi sniffing bertujuan untuk mencuri data dan informasi penting, seperti username dan password untuk m-banking, informasi kartu kredit, kata sandi email, dan data penting lainnya untuk kemudian menguras saldo rekening korban.
Sayangnya, sudah ada ratusan orang yang menjadi korban tindakan ini.
Korban serangan siber tidak hanya terbatas pada individu, tetapi juga perusahaan perbankan. Beberapa waktu lalu, sejumlah layanan perbankan dari PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. atau BSI mengalami gangguan atau error selama beberapa hari sejak Senin, 8 Mei 2023.
Kondisi ini bahkan memunculkan keraguan masyarakat terhadap bank tersebut. Dugaan pelaku serangan jatuh pada kelompok peretas atau hacker ransomware yang dikenal sebagai LockBit. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, telah membenarkan informasi tersebut seperti yang dilansir dari Tempo.co pada tanggal 10 Mei 2023.
Serangan siber yang dialami BSI atau tindakan sniffing yang dialami oleh ratusan nasabah, termasuk saya sendiri, memperkuat argumen M. Simatupang dalam buku Perbankan Digital: Menuju Bank 4.0. Meskipun layanan perbankan digital semakin populer di Indonesia, sebagian besar industri perbankan di negeri ini belum berhasil mewujudkan Bank 4.0.
Layanan perbankan digital saat ini masih mengadopsi produk perbankan konvensional, seperti tabungan, deposito, kredit konsumer, pinjaman personal, bancassurance, dan produk lainnya tanpa perubahan signifikan (page 17).
Simatupang menyebut fenomena ini sebagai produk perbankan konvensional yang dicopy paste ke internet.
Dalam Bank 4.0, pengalaman nasabah dalam berinteraksi dengan perbankan digital menjadi prioritas. Menurut Brett King (2018), bank masa depan mengutamakan akses online yang mudah dan aman dari berbagai perangkat, kapan saja dan di mana saja.
Data menjadi bahan bakar utama yang menggerakkan kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan utilitas perbankan secara real-time. Pemanfaatan AI dalam perbankan digital memungkinkan autentikasi, transaksi, dan pengawasan profil nasabah secara akurat di berbagai saluran perbankan dengan sistem perbankan terbuka (open banking) (page 20 dan 86).