Lihat ke Halaman Asli

I Gunawan

An ordinary people

Menuju Ekuilibrium Baru Indonesia

Diperbarui: 1 Oktober 2019   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

UNITY in DIVERSITY of INDONESIA, adalah suatu fakta dan keniscayaan adanya.  Memiliki modal jumlah penduduk di atas 267 juta jiwa, 17504 pulau, 652 bahasa, puluhan suku dan ratusan sub suku, memiliki 6 agama dan sekian banyak aliran kepercayaan. Tidakkah fakta tersebut cukup membuka mata kita ? Keragaman adalah keniscayaan akan hukum Tuhan atas ciptaan-Nya.

Hal tersebut sudah sedari dulu disadari para pendiri bangsa ini untuk mewujudkannya dalam bentuk Negara Indonesia. BerkeTuhanan, Adil dan Beradab, Bersatu, Bermusyawarah dan Berkeadilan sosial adalah sebuah "heirloom", pusaka yang diwariskan untuk kita semua. Pusaka yang diberikan sebagai golden ticket manusia Indonesia menuju kejayaan dan kesejahteraan dalam keberagamannya. 

Semakin jauh perjalanan manusia Indonesia tentunya akan menghadapi tantangan demi tantangan untuk terus berjaga, hidup dan berkembang berlandaskan pedoman tersebut. Musuh akan bisa dihadapi bersama, kerja keras bisa dilakukan bersama, tapi jika pedoman runtuh, dengan apa kita menghadapinya ?

Sikap ingkar hanya menghasilkan manusia yang merasa paling benar dan meminggirkan yang lain. Tak terbayangkan jika dilakukan oleh seluruh manusia Indonesia dalam keragamannya ? Kerusakannya pastilah akan meruntuhkan negara. Akankah kita menjadi bangsa yang melupakan sejarah dan tak perlu lagi mengingat jasa pahlawan dan pendiri bangsa ini yang notabene adalah orang-orang tua kita juga?

Indonesia sedang mencari titik ekuilibrium yang baru, mencari keseimbangan yang baru. Sebuah fase yang sangat menentukan untuk menjaga bangsa ini tidak "jatuh" dan boleh menuju kedewasaan baru yang akan mengantarkan bangsa Indonesia kepada kedamaian dan kesejahteraannya.

Setelah melalui tanjakan awal setelah kemerdekaan, titik seimbang bergeser ke sayap kanan dan ke sayap kiri dengan berbagai pemberontakan.  Setelah titik seimbang kembali bergoyang saat reformasi, maka kini titik seimbang kembali bergoyang. Semoga cukup waktu untuk stabil, karena dengan kestabilan kita bisa melangkah maju.

Mari kita hadapi dan selesaikan secara bersama, sebagaimana para guru bangsa melakukannya secara musyawarah dan mufakat demi bangsa. Mari kembali ke jalan INDONESIA. Kita INDONESIA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline