Lihat ke Halaman Asli

Menilik Fakta Kehidupan Pelaku Musik Perkusi Melalui Merchandise Total Perkusi

Diperbarui: 3 November 2022   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto. Bagas Ermadi (Founder Total Perkusi)(Kiri), Jurnalis (Kanan)/dokpri

Indonesia memiliki beragam komunitas yang tersebar di berbagai daerah salah satunya terdapat di kota Yogyakarta, sebuah komunitas yang dikenal dengan nama Total Perkusi. Komunitas tersebut berdiri pada tahun 2013, pendiriannya dimulai oleh tiga orang pelaku musik perkusi yaitu Bagas, Toni dan Deni. Komunitas berbasis keilmuan merupakan ide awal yang mendasari pendirian Total Perkusi. Kegiatan dari komunitas ini antara lain membuat program seperti workshop kemudian berkembang membuat album perkusi, album drum, mengadakan festival perkusi, hingga membuat buku perkusi

Pada awal pendiriannya, komunitas ini ingin diarahkan untuk menjadi pengarsipan perkusi Indonesia. Ide tersebut muncul dari perhatian terhadap agenda perkusi Indonesia yang belum pernah tercatat sehingga terjadi pengulangan pengkaryaan. Hal ini pun memiliki dampak bagi teman-teman yang ingin belajar perkusi, karena  memperoleh sesuatu yang sama dari waktu -- ke waktu. Padahal di satu sisi perkusi terus berkembang dalam model kekaryaan dan event. Sehingga pendokumentasian dan pengarsipan perlu memperoleh perhatian lebih untuk melacak perkembangan perkusi Indonesia sejauh apa.

Saat ini komunitas Total Perkusi berfokus pada membantu menyebarluaskan proyek teman-teman yang membuat konten tentang perkusi atau news percussion sehingga lebih banyak follower yang mengetahuinya. Salah satu agenda yang diadakan yaitu Percussion talk atau talkshow perkusi. Sebuah ciri khas dari komunitas Total Perkusi ialah kaos merchandise dengan desain yang unik dan menarik. 

Hal tersebut bermula saat berdirinya komunitas ini didukung oleh donatur, yang pada setiap event selalu menyokong pendanaan. Setelah membantu sampai beberapa event kemudian diharapkan agar komunitas bisa mandiri dalam bidang pendanaan. Munculah ide membuat merchandise untuk mendanai program-program yang dijalankan. Seperti yang disampaikan oleh Bagas dalam wawancara pada tanggal 30 Oktober 2022 di Basecamp Total Perkusi, bahwa sejak awal berdirinya komunitas ini tidak pernah membuat proposal, murni mandiri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika ada event yang besar beberapa donatur tetap mendukung lalu untuk menggenapi biaya produksi salah satunya melalui merchandise dan ternyata banyak peminatnya.

Pada awalnya merchandise juga mengalami pasang surut, karena belum memiliki standar seperti bahan, desain, ide gagasan yang juga penting. Dalam penjualannya ada desain yang berhasil maupun yang tidak berhasil. Pada setiap desain kaos terdapat kata-kata, seperti Multiple Percussion, Save Indonesian Rhytm, Pukul Terus Sampai Tua dan lain-lain. Kata-kata tersebut sebenarnya menggambarkan kehidupan perkusi. "Kata-kata itu ya fakta perkusi yang kita jalani selama ini akhirnya timbul di tulisan sama gambarnya itu" ungkap Bagas. Sehingga mungkin banyak orang-orang yang terwakili dengan kaos yang kita bikin, terutama orang-orang perkusi.

Seperti pada desain bayi, menggambarkan bahwa instrumen triangel itu sebenarnya instrumen yang sederhana, tapi ketika dimainkan tidak tepat di waktu yang tidak tepat akan merusak komposisi yang dimainkan, walaupun dimainkan hanya satu kali namun pemain triangel memiliki tanggung jawab yang besar. 

Pada desain motor dengan tulisan Pukul Terus Sampai Tua, dibuat ketika awal pandemi. Merupakan flashback perjuangan ketika sebelum pandemi kita semangat dan ketika pandemi kita tetap punya semangat, meskipun berat membawa barang yang banyak tetapi tetap tersenyum. Pada desain Tempo Is The Real Boss menggambarkan bahwa drummer punya tanggung jawab menjaga tempo. Terdapat juga desain yang berhubungan dengan moment program tertentu, seperti pada desain Mobile Percussion Project sebuah festival yang diadakan oleh Total Perkusi. Di satu sisi kata-kata tersebut juga menjadi edukasi. 

Dalam pembuatan merchandise, komunitas Total Perkusi sudah beberapa kali bekerjasama dengan beberapa desainer. Dulu merchandise masih berfokus pada permainan font dan peminatnya tersegmentasi, sejak tahun 2020 dilakukan kerjasama dengan desainer untuk menterjemahkan isu-isu yang ingin dibawakan. Kebetulan desainer tersebut sudah terbiasa dengan segmen yang beragam. Sehingga ketika isu-isu yang dibawakan seputar perkusi, gambarnya dapat dinikmati oleh orang-orang di luar perkusi. Maka saat ini peminat merchandise tersebut tidak hanya berasal dari orang-orang yang bergelut di bidang perkusi saja, namun juga orang-orang di luar perkusi oleh karena gambar desain yang menarik.

Seperti pada desain yang menampilkan gambar cangklong, maka peminatnya pun datang dari komunitas penggemar cangklong. Dengan menerapkan formula desain, isu yang ingin dibawakan serta pemilihan bahan yang sesuai sekarang peminat merchandise Total Perkusi lebih beragam. Menurut Bagas konsistensi komunitas hingga saat ini menimbulkan kebanggaan tersendiri ketika menggunakan kaos Total Perkusi, oleh sebab itu di setiap edisi kaos pada bagian belakang ada tulisan Total Perkusi. Hal ini juga menjadi salah satu daya tarik karena ketika membeli, orang akan merasa sebagai bagian dari Total Perkusi serta menimbulkan rasa solidaritas. Tulisan tersebut bagian dari branding.

Harapan yang disampaikan oleh sang founder dengan adanya merchandise agar menjadi produktif pada program-program yang diadakan, karena penjualan merchandise untuk menghidupi program-program Total Perkusi, memfasilitasi teman-teman melalui adanya basecamp Total Perkusi, mandiri pada pendanaan dan tetap bisa menjalankan program karena dukungan dari teman-teman terhadap Total Perkusi. Lebih jelas dikatakan bahwa merchandise bagian dari penggerak produktivitas Total Perkusi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline