Lihat ke Halaman Asli

I PtGd

SMA Negeri 10 Denpasar

Realisme dan Implikasinya dalam Pendidikan

Diperbarui: 26 Desember 2023   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Realisme merupakan aliran filsafat yang menekankan pada hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan Rohani. Aristoteles, seorang filsuf klasik, dianggap sebagai pelopor pemikiran realisme dengan merealisasikan idealisme Plato. Realisme mengakui keberadaan objek fisik dan menegaskan bahwa pengalaman tidak mengubah fakta dari benda yang dirasakan. Pandangan realisme menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini berbeda sesuai dengan pengalaman yang diperolehnya. Menurut Muhmidyeli, realisme adalah ajaran filsafat yang menganggap kebenaran sebagai gambaran nyata atau salinan sebenarnya dari dunia realitas. Sementara menurut Hocking, realisme mencakup kecenderungan untuk memberikan batasan terhadap suatu hal dan memahami bahwa tidak semua persoalan dapat diintervensi. Beberapa tokoh penting dalam aliran filsafat realisme termasuk Aristoteles dan John Locke. Aristoteles, murid Plato, mengkritik pandangan idealisme dan mengembangkan pemikiran realisme dengan menekankan peran pengalaman dalam pembentukan ide. John Locke, yang anti-metafisika, menganggap bahwa segala pengetahuan berasal dari pengalaman.

Realisme juga berkaitan dengan pembelajaran sebagai pencarian ilmu pengetahuan, fokus pada pendalaman masalah empiris dengan pendekatan ilmiah bersifat induktif. Aliran ini mengungkapkan bahwa objek pengetahuan nyata ada dalam diri sendiri, tidak tergantung pada pengetahuan atau pemikiran manusia. Dalam variasi aliran realisme, terdapat realisme rasional dengan dua bentuk utama: realisme klasik dan realisme agama. Realisme klasik menekankan rasionalitas manusia dan keyakinan bahwa dunia dapat dikenal melalui akal. Realisme agama memandang dualistik, dengan dua tatanan yaitu "alam" dan "supranatural," yang berpusat pada Tuhan. Pendidikan dalam realisme agama diarahkan pada perbaikan diri untuk mencapai kekekalan dengan mempertahankan ajaran agama. Aliran realisme memiliki pengaruh pada sistem pemikiran dan teori dalam filsafat umum, serta memberikan implikasi pada pemikiran tentang pendidikan. Meskipun luas dan beragam, realisme memegang prinsip bahwa objek indera adalah nyata dan ada secara independen dari pemikiran manusia.

Dalam konteks filsafat realisme dan pendidikan, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang bersifat universal, seragam, dan kewajiban. Implikasi realisme terhadap pendidikan melibatkan tujuan pendidikan, isi kurikulum, metode pembelajaran, serta peran pendidik dan peserta didik.

  • Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan dalam realisme adalah membantu manusia mencapai kebahagiaan dengan mengembangkan potensi diri. Sekolah harus menekankan aktivitas intelektual, pertimbangan moral, estetika, realisasi diri, kebebasan, tanggung jawab, dan pengendalian diri untuk mencapai perkembangan pikiran dan diri pribadi.

  • Isi pendidikan atau Kurikulum

Kurikulum dalam realisme harus komprehensif, mencakup semua pengetahuan penting, dan berorientasi pada peserta didik. Ini termasuk pembelajaran sains, matematika, ilmu kemanusiaan, nilai sosial, pendidikan liberal, dan vokasional. Pendidikan disiplin mental dan moral juga harus dit.anamkan.

  • Metode Pendidikan

Metode pembelajaran dalam realisme bergantung pada pengalaman yang dialami peserta didik. Metode pengajaran bersifat logis, bertahap, dan berurutan. Pembiasaan dan conditioning menjadi metode utama, dengan pendidik memberikan stimulus-respon dan menggunakan penguatan positif.

  • Peran pendidik dan peserta didik

Pendidik berperan sebagai penguasai pengetahuan dan keterampilan, sebagai teladan, dan motivator. Peserta didik dituntut untuk menguasai pengetahuan dan harus mentaati aturan serta disiplin. Pendidikan realisme menekankan peran pendidik sebagai pusat pembelajaran.

Implikasi ini menciptakan pandangan bahwa pendidikan harus menyesuaikan diri dengan bakat dan kemampuan peserta didik, dengan pendidik sebagai pemimpin pembelajaran dan peserta didik sebagai penerima pengetahuan yang terorganisir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline