Lihat ke Halaman Asli

Workshop "Sastra Bali Klasik"

Diperbarui: 7 Juli 2021   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

SINGARAJA- Sastra Klasik yaitu sastra yang termasuk ke dalam geguritan dan kidung bagi budaya Bali, workshop ini dilaksanakan pada Sabtu, 5 Juni 2021. Workshop ini dilaksanakan yang dimulai pada pukul 08.45 WITA, kemudian dibuka oleh Menteri Perhubungan RI, Bapak Budi Karya. S. Tujuan diadakannya workshop ini tak lain untuk membangkitkan semangat pada masyarakat yang akhir-akhir ini kurang tertarik akan budaya klasik dari Bali dan sudah hampir jarang kita lihat Sastra Klasik Bali ini bergerak, hampir tidak pernah dilihat karena kemungkinan sudah sedikit yang tertarik dengan Sastra Klasik Bali.

Workshop yang dilaksanakan oleh Puri Kauhan Ubud ini secara online dibuat khusus agar kita dapat menyadari betapa kayanya budaya bali yang kita miliki, melalui aplikasi zoom dan live YouTube, dijelaskan secara rinci terkait materi yang disampaikan oelh pembicara yang sudah professional di bidangnya, yakni I Dewa Gede Windhu Sancaya yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dan I Wayan Suteja dari Prodi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.

Windhu Sancaya menyebutkan dalam materinya mengenai Peran Ilmu Retorika Dalam Penulisan Karya Sastra Geguritan, bahwa ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki setiap orang, yakni menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Dibahas pula berbagai retorika dan rahasia bahasa olehnya.

"Perkataan itu jika maksudnya baik dan secara baik pula diucapkannya hanyalah kesenangan yang ditimbulkan olehnya" Ungkapnya. Selain itu prinsip dasar retorika atau komposisinya dapat dilakukan secara aktif dengan menguasai berbagai macam gaya bahasa.

"Seseorang yang memiliki prinsip dasar retorika ditandai dengan adanya pikiran penulis yang dapat disajikan dalam suatu urutan tertentu yang teratur dan logis, itulah harapan setelah diadakannya workshop ini" tambah Windhu.

Selain itu terdapat pula materi Sastra Klasik mengenai Pupuh Kidung Utsaha Nepasin Pikobet Sajeroning Ngripta Nembangang miwah Nyelehin Kidung. Materi ini sangat bermanfaat bagi kita semua jika diikuti dan di dengarkan dengan baik. Bapak I Wayan Suteja dalam pembawaan materinya menyampaikan juga bahwa kidung sebagai salah satu budaya bali adalah sebagai representasi dari masyarakat Bali itu sendiri, karena masyarakat bali tidak pernah lepas dari yang namanya budaya.

"Kita harusnya mau belajar dan memahami bahwa pupuh sebagai kekayaan budaya bali yang diikat oleh nada, irama, dan beberapa etika lainnya yang mestinya kita pelajari, dimulai dari bagian-bagian pupuh, cara menyanyikannya, dan bagaimana kita mempraktekkannya di masyarakat" Ungkap Suteja. Dengan adanya workshop terkait geguritan dan pupuh sewajibnya bagi kita sebagai umat Bali senantiasa mensyukuri dan melestarikan budaya kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline