Lihat ke Halaman Asli

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Diperbarui: 8 November 2022   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerapan pembelajaran yang dilakukan secara umum dijenjang SD mempertahankan beberapa hal yang seharusnya perlu dirubah. Namun hal tersebut tentu saja membutuhkan komitmen dan kerja keras maksimal. Sebelum saya mempelajari Modul 1.1, lalu mendapatkan penjelasan yang gamblang dari fasilitator beberapa hal dari Langkah yang sering menjadi kebiasaan pendidik dan menganggap diri sudah bekerja maksimal. Adapun hal-hal tersebut terlihat dari beberapa fenomena dan diskripsi    permasalahan sebagai berikut.

Selama ini guru meyakini bahwa pencapaian kognitif menjadi nilai paling penting,Siswa dianggap belum berhasil dan harus memenuhi pencapaian KKM. Hal yang terabaikan oleh kami sebagai guru potensi siswa yang lain seperti keterampilan yang didalamnya tersimpan potensi minat dan bakat siswa,  baik yang dipelajari secara otodidak maupun dengan ikut pembinaan terfokus.  Seharusnya hal  tersebut  yang menjadi pertimbangan lainnya. Ketidak tanggapan guru menyikapi permasalahan tersebut tergambar dari sikap tidak menindaklanjuti untuk  mencari tahu secara detail bagaimana mereka bisa menterjadikan dirinya. Misalnya ada siswa yang jago matematika, namun lemah di Bahasa, olahraga, m, keterampilan maupun seni budaya. Orientasi guru untuk memberikan penilaian pasti matematikanya yang menjadi ukuran. Bahkan lebih parah lagi, semua yang lemah langsung tertutupi dan terlihat unggul secara angka yang dibuat guru, kata lainnya manipulasi kemampuan yang sebenarnya di setiap mata pelajaran. Ketika terjun dilapangan untuk menunjukkan kemampuan yang sebenarnya, di sinilah terdeteksi benang merahnya bahwa anak tersebut tidak unggul semuanya,  Jika mau kita jujur  bahwa nilai yang diberikan guru tidak seutuhnya bisa dipertanggungjawabkan setuju kan rekan-rekan guru!. Hal ini terjadi terus menerus dan meluas. Seyogyanya Pendidikan menyentuh setiap individu siswa dan detail, berkesinambungan  dan tetap terkoneksi dengan orangtua secara rutin, Orangtua kita ajak bekerjasama untuk mengatakan yang sejujurnya tentang anak, sehingga informasi tentang  anak bersifat factual dan dengan ikhlas menerima  kekurangan, kemudian Langkah selanjutnya secara berkolaborasi antara guru dan orangtua/wali murid memikirkan jalan ke luar sehingga anak tumbuh maksimal sesuai keberadaannya dan tujuan Pendidikan. Kendala yang sering kita hadapi adanya ketidakjujuran orangtua memberikan informasi. Mereka akan lebih mengatakan yang sedikit berkelik dengan keadaan sebenarnya. Mengapa demikian karena mereka masih membanggakan nilai dalam bentuk angka 9, 100, dan supaya anaknya dianggap pintar oleh  guruya

Kini setelah saya mempelajari Modul 1.1 dan menerima penjelasan dari fasilitator yang sangat jelas dan professional tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara arah dan pola pikir saya benar benar terbuka, hal yang dapat saya refleksikan tentang keadaan yang telah saya jelaskan di atas bahwa saya mempunyai pola menilai yang kurang tepat. Langkah yang harus saya tempuh berikutnya, bahwa  saya sebagai guru harus menilai berdasarkan data yang lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga nilai yang kami berikan mewakili yang sebenarnya dari diri siswa baik itu kognitif,minat bakat,serta keterampilannya. Saya harus lebih mengidentifikasi  karakteristik siswa. Dalam kontek ini filosofi KHD tentang kodrat alam dan jaman, Taman Siswa ,dan Tindakan Menuntun sebagai acuan. Saya sedang memikirkan dan bertahap melakukan inovasi-inovasi. Tindakan saya dalam hal memberikan penilaian  mengacu pada pengetahuan keterampilan,psikomotorik, minat, bakat, budi pekerti,sikap social,sikap sepiritual secara factual. Jadi saya lebih sering mendekati dan berkomunikasi serta bermain dengan siswa.

Beberapa Langkah yang telah sedang saya lakukan sehubungan dengan Langkah inovasi setelah memahami Modul 1.1 tentang Filosofi Ki Hajar Dewantara yang berkaitan dengan kodrat alam, jaman dan menuntun, serta menghamba pada murid, dan Taman Siswa sebagai berikut:

  • Saya menyediakan aplikasi smule untuk bakat siswa yang senang  dan berbakat menyanyi. Saya tanya terbih dahulu siapa yang senang menyanyi dan siap tampil pada acara perpisahan kelas. Jadi respon siswa yang senang menyanyi terlihat angkat tangan. Langkah berikutnya saya pilihkan lagu terimakasih Guruku lalu saya  ajari untuk karaoke. Mereka terlihat sangat senang dan mengapresiasi kegiatan tersebut.
  • Saya mengidentifikasi siswa yang cepat faham dan  menangkap pelajaran, saya bentuk kelompok sebagai guru cilik dan mereka berperan sebagai tutor sebaya bagi teman-temannya. Saya mengawasi dan meluruskan.
  • Saya kelompokkan Kembali siswa yang berminat  catur, saya ajak bermain catur saat istirahat. Kebetulan saya juga mengerti permainan catur, lalu saya memberikan reward Ketika dia bisa mengalahkan saya. Hal ini ternyata sangat memotivasi siswa
  • Bagi siswa yang suka senam , saya latih senam yang sering dilombakan misalnya senam Pramuka versi terbaru,kebetulan saya duduk sebagai pelatih Pramuka Kabupaten Gianyar,jadi saya lebih dulu menerima informasi tentang kebutuhan lomba.
  • Kemudian siswa yang suka bermain bulu tangkis saya berkolaborsi dengan guru olahraga agar saat pelajaran olahraga membawa reket sehingga saya juga mempunyai kesempatan untuk bermain bulu tangkis, dan sekaligus memberikan dukungan bagi minat anak. Secara pribadi saya senang main bulu tangkis bersama anak di rumah.
  • Selanjutnya saya menginformasikan kepada orangtuanya tentang minat dan bakat siswa yang saya ampu. Tujuan saya menginformasikan supaya orangtua bersinergi dan ikut ambil alih atas perkembangan belajar ,minat dan bakat putra putrinya.

Harapan saya mewadahi minat bakat siswa, memberikan motivasi rasa puas dan ikhlas  kepada siswa dan orangtua  terhadap hasil belajar yang sebenarnya, sehingga tidak ada kata salah memberikan penilaian.

Fenomena lain yang diyakini para guru di sekolah tentang penanaman budi pekerti dan disiplin, kategori perlu pembinaan. Keyakinan guru berikutnya bahwa kita sudah merasa tepat dalam menanamkan budi pekerti,mendisiplinkan murid dengan cara bersuara lantang dan keras di depan siswa, bahkan ada yang kelepasan mengubat abit sampai ke orangtua, lalu hanya menyuruh mereka untuk melakukan apa yang kita perintahkan. Tanpa disadari  kita sering  lupa siapapun tidak suka diperintah apalagi dengan nada yang bernuansa menekan. Hal tersebut membuat anak ngedumel dan hanya nurut di depan kita dengan cara terpaksa tanpa di dasari dengan kesadaran hati. Misalnya  anak-anak kita suruh  tidak ribut di kelas.  Kita merasa berhasil Ketika mereka duduk dengan tangan terlipat dan diam memperhatikan ucapan kita. Bahkan bila ada yang sedikit ngobrol, kita sudah menganggap mereka tidak patuh. Setelah saya mendapat pemahaman tentang isi modul dan klarifikasi dari cara berfikir saya oleh fasilitator hebat, beberapa hasil diskusi dan masukan teman CGP, akhirnya saya mulai menggaris bawahi beberapa kekeliruan  sesuai dengan pemikiran KHD dalam Pendidikan. Guru dengan pola piker tersebut termasuk saya, walaupun tidak terlalu vatal memandang bahwa Filosofi Pemikiran KHD tentang Pendidikan sangatlah tepat diimplementasikan, apalagi di SD. Organisasi yang paling tepat dan relevan untuk mendukungnya adalah  Gerakan Pramuka,karena kepramukaan sarat dengan materi kedisiplinan dan budi pekerti.  Jadi Langkah inovasi yang sedang saya tempuh sehubungan dengan trik dan intrici yang sesuai dengan Filosofi KHD tentang Budi Pekerti,Taman Bermain Anak, Semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madio Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani adalah sebagai berikut :

  • Budi pekerti dan kedisiplinan siswa dapat ditanamkan jika kita menyentuhnya dengan kasih sayang, menjadikan mereka teman, ikut masuk dalam dunianya yaitu bermain, karena sejatinya dunia anak riang gembira dan bermain.  Kalau kita sudah dipercaya dan  disayangi anak maka apapun yang kita suruh berbau kasih sayang laksana hubungan anak dan ayah bundanya, maka anak akan merasa nyaman dan takut untuk melanggar. Alasannya Ketika kita marah mereka merasa sangat kehilangan kenyaman,senyum dan kasih saying kita.  Maksud saya begini, seorang guru yang jarang marah akan sangat dirasakan anak Ketika kita diam yang mewakili marah. Sikap anak langsung membenahi dirinya dan sadar bahwa sikap mereka telah membuat gurunya marah. Dengan Langkah tersebut tujuan kita tercapai mendisiplinkan dan menanamkan konsep , tanpa harus berkata kasar yang menyakiti perasaan mereka. Mereka merasa nyaman belajar karena dipandu oleh guru yang penuh kasih sayang dan tidak suka marah. Implikasinya kita mendapat hadiah dan rasa terimakasi baik dari dirinya maupun orangtua. Mereka anak yang masih polos , dan akan menyampaikan apa yang mereka rasakan kepada orangtua, kemudian orangtua menyampaikan dari mulut ke mulut kepada khalayak.
  • Kedisiplinan dan keterampilan siswa saat melakukan tugas piket untuk membersihkan kelas agar datang dengan kesadaran sendiri, saya mempunyai Langkah -langkah sebagai berikut :
  • Menyediakan dan mengisi jam kedatangan baik yang di pasang di tembok maupun dalam log book
  • Memberikan garis baris batas sebagai bentuk tanggungjawab di kelas,yang dibagi dari areal tempat duduk kelompok dan bagian kelas tertentu. Istilah tersebut saya berikan  nama Rumah Belajar Anggrek (bila nama kelompoknya Anggrek). Artinya mereka punya tanggung jawab di areal yang telah disepakati.
  • Saya langsung ikut terlibat misalnya menyapu ,mengepel, maupun mengelap kaca dan jendela, kita Bersama-sama melakukannya.  Caranya saya pegang tangan mereka ketika sedang menyapu dan langsung memberikan arahan cara menyapu,mengepel dan membersihkan kaca dengan benar supaya  benar- benar bersih. Jadi peran guru tidak hanya berkacak pinggang dan memerintah tapi ikut terlibat.
  • Saya sediakan reward bagi yang telah mampu membersihkan dengan cara yang tepat dan benar -- benar bersih.
  • Timbal balik yang saya lihat, anak-anak rajin mengisi log kedatangan, kelas bersih setiap hari ,bahkan sampai ke kelas lain ikut melakukannya. Di samping pemahaman mereka tentang kebersihan semakin dalam secara tidak langsung sebagai contoh kelas yang lain (influenzer)
  • Terlihat jelas Filosofi Pemikiran KHD ing Ngarso Sung Tulodo,Ing Madio Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani  sangat tepat diimplementasikan.

Kesimpulan

Sebagai Guru harus mempunyai dasar mendidik murid dengan tepat, mengetahui karakteristik siswa yang mempunyai perbedaan, dan kita harus bekerja dengan penuh kesadaran yang ikhlas yang dinakhodai oleh panggilan jiwa. Filosofi Pendidikan KI Hajar Dewantara yang tertuang pada Modul 1.1 sangat tepat dipakai dasar mendidik, yang mengacu pada Merdeka Belajar. Siswa akan bebas mengekspresikan dirinya sesuai dengan potensi,minat dan bakatnya sehingga tepat guna dan tepat sasaran.Seorang guru walaupun punya wewenang untuk mengatur siswa alangkah manisnya jika kita turut melakukannya sehingga terjalin hubungan yang erat sampai ke hati, dan kepercayaan siswa kepada kita juga tumbuh.dan disinilah kita sebagai guru di hati siswa bukan di depan siswa. Bila adanya rasa simpati,nyaman,ikhlas, percaya,senang  dan bahagia maka Tujuan Pendidikan dapat tercapai maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline