Lihat ke Halaman Asli

Tanda Jempol ke Atas (Thumbs Up) Mengartikan Sebuah Penghinaan, kok Bisa?

Diperbarui: 29 September 2020   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

keypoo.com

Tanda jempol ke atas atau thumbs up merupakan lambang yang sering dilakukan oleh semua orang. Di Indonesia lambang tersebut digunakan untuk memberikan sebuah apresiasi kepada seseorang dengan arti "good Job" , "mantaap", atau juga bisa "ok" , "baik". Lalu orang Amerika juga menggunakan tanda ini untuk meminta tumpangan kepada mobil yang lewat di jalan.

tahupedia.com

Namun kita harus berhati-hati menggunakannya jika kita berada di Iran, Irak, Thailand, Italia dan Bangadesh. Karena di negara tersebut tanda thumbs up memiliki arti yang negative. Mengacungkan jempol ke atas di negara tersebut sama artinya dengan mengacungkan jari tengah yang berarti "fuck you". Mengapa artinya bisa berbeda?  Hal tersebut ada hubungannya dengan Persepsi dan Budaya.

Persepsi menurut Mulyana (2017:179) adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsanan dari lingkungan sekitar kita yang dapat mempengaruhi prilaku kita. Rangsangan ini bisa berupa benda, tanda maupun kata. Kemudian setelah mendapatkan rangsangan tersebut kita akan menafsirkan dan memaknainya, dan hasilnya akan mempengaruhi prilaku kita.

Lambang thumbs up ini merupakan sebuah rangsangan. Kita orang Indonesia mengartikan lambang thumbs up sebagai bentuk apresiasi, maka kita akan merasa senang. Tetapi jika kita memberikan lambang thumbs up ini kepada orang Thailand, maka orang tersebut akan merasa dihina dan akhirnya menjadi marah. Karena lambang tersebut berarti sebuah penghinaan di Thailand.

Menurut Mulyana (2017: 214) persepsi ini terikat oleh budaya (culture-bound). Cara kita memaknai sesuatu sangat ditentukan oleh budaya. Kepercayaan, nilai, dan sikap merupakan unsur budaya yang dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap suatu hal. Kepercayaan adalah anggapan subyektif bahwa setiap obyek atau peristiwa punya ciri atau nilai tertentu, walaupun hal tersebut tanpa didasari bukti. 

Seperti contoh warga Tibet yang mempercayai bahwa cacing merupakan nenek moyang mereka, padahal hal tersebut tidak ada buktinya. Nilai adalah komponen evaluatif dari kepercyaan kita, bersifat normatif yang memberitahu suatu anggota budaya mana baik dan buruk, benar dan salah, apa yang mesti kita takuti, dan sebagainya. Contohnya "tong kosong nyaring bunyinya" nilai masyarakat Indonesia yang menekankan nilai diam dan memandang orang yang banyak bicara adalah orang bodoh (Mulyana, 2017:215).

Jadi perbedaan makna dari tanda thumbs up  di negara seperti Thailand, Bangladesh, Italia, Iran, dan Irak ini dipengaruhi oleh budaya dari warga negara tersebut. Budaya ini nantinya akan mempengaruhi persepsi dan juga prilaku seseorang terhadap sesuatu. Persepsi merupakan inti dari komunikasi. Karena jika persepsi ini tidak akurat, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar.  Semakin tinggi kesamaan persepsi, semakin efektif komunikasi. Maka dari itu kita patut berhati-hati jika bekomunikasi dengan orang yang berbeda budaya.

DAFTAR PUSTAKA
brilio.net
Mulyana, D. (2017). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline