Lihat ke Halaman Asli

I Ketut Suar Adnyana

Dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, FKIP Universitas Dwijendra Denpasar

Merdeka Belajar: Memerdekakan Siswa dalam Pembelajaran

Diperbarui: 7 Februari 2021   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Merdeka Belajar: Memerdekakan Siswa dalam Pembelajaran

Dr. I Ketut Suar Adnyana Adnyana, M.Hum.

Universitas Dwijendra Denpasar


  • Pendahuluan

Paradigma pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning) memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif terlibat dalam pembelajaran. Perubahan paradigma ini hendaknya diikuti oleh langkah konkret guru dalam pembelajaran. Kenyataannya dalam proses pembelajaran guru masih mendominasi dalam pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan dari  aktivitas   guru terlalu fokus pada rancangan kegiatan pembelajaran yang sangat detil. Guru terlalu berpatokan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan tidak melakukan inovasi dalam pembelajaran.

Pembuatan RPP membuat guru terlalu fokus dalam penyelesaian administrasi. Guru lupa memberikan pengalaman kepada siswa dalam pembelajaran. Guru terkesan hanya mengejar tercapainya penyelesaian materi. Padahal dalam Kurikulum 2013 sudah sangat jelas ada empat kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kompetensi itu adalah Kompetensi Inti (KI)  I sikap spiritual, K II sikap sosial, KI 3 pengetahuan, dan KI 4 keterampilan.

RPP yang dibuat detil justru mengekang inovasi guru dalam pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran hanya berpatokan pada RPP. Kalau kita analisis RPP untuk Kurikulum 2013 telah mengalami sekian kali revisi. Perubahan tersebut tidak esensial. Dalam pelaksanaan pembelajaran tetap mengacu pada RPP yang disusun dengan kaku. Ukuran keberhasilan sebuah pembelajaran hanya diukur dari ketuntasan pokok bahasan dalam pembelajaran.

Paradigma pendidikan yang mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) masih didominasi oleh guru. Guru tetap memberikan tugas-tugas dan pekerjaan rumah yang begitu banyak kepada siswa. Hal tersebut dapat menyebabkan siswa menjadi pasif dalam pembelajaran. Guru sebagai fasilitator hendaknya memberikan kesempatan kepada murid untuk   mengembangkan  kemampuannya dalam pembelajaran. 

Inti dari sebuah pembelajaran adalah memberikan siswa pengalaman dalam pembelajaran. Kurikulum 2013 diberlakukan dengan mengimplementasikan pendekatan saintifik. Dalam pendekatan saintifik ada beberapa tahap/ kegiatan, yaitu: Observing, Questioning, Associating, Experimenting, Processing, Conclusing, Presenting. 

Observing adalah proses mengamati suatu fakta. Questioning adalah proses menanyakan atau membuat hipotesis segala sesuatu seputar fakta yang diamati. Associating adalah menalar atau melakukan asosiasi antara yang diketahui sebelumnya dengan apa yang baru diketahui. 

Experimenting adalah menguji pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis yang muncul dalam questioning. Processing adalah kegiatan yang dilakukan untuk merumuskan pengetahuan yang diperoleh dari empat proses sebelumnya. Conclusing adalah merumuskan atau menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh dan Presenting siswa dapat menyampaikan informasi yang telah diperoleh dalam pembelajaran (Susilana dan Ihsan, 2014:4).

Apabila pendekatan saintifik diimplementasikan dengan baik, dalam proses pembelajaran maka   siswa akan menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, penerapan pendekatan ini diterapkan secara kaku dan tertulis baku dalam RPP. Hal ini membuat pembelajaran tidak fleksibel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline