Membangun Budaya Positif pada Siswa di Tengah Pandemi Covid 19
Oleh Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum.
Dosen FKIP Universitas Dwijendra Denpasar
Proses pembelajaran dilakukan tidak hanya menstranfer pengetahuan tetapi juga mentransfer nilai-nilai kehidupan. Transfer pengetahuan dilakukan secara langsung dalam pembelajaran dengan merumuskan kompetensi dasar dan diterjemahkan dengan indikator sedangkan transfer nilai-nilai kehidupan dilakukan secara tidak langsung dan dapat diobservasi ketika pembelajaran berlangsung. Transfer nilai-nilai kehidupan tidak diterjemahkan dalam indikator-indikator. Pendidikan karakter penting ditanamkan sehingga anak/siswa akan memiliki akhlak mulia, sikap tenggang rasa, dan mempunyai karakter kehumanitasan.
Penekanan terhadap pendidikan karakter pada saat ini menjadi perhatian kementerian pendidikan dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena ditengarai ada degradasi moral pada remaja. Remaja sebagai generasi penerus bangsa akan menjadi peminpin masa depan bangsa yang mengarahkan bangsa Indonesia sehingga menjadi bangsa yang adil makmur yang berlandaskan pada Pancasila. Antisipasi gejala degradasi moral generasi muda dilakukan pemerinah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter (PPK).
PPK pada Satuan Pendidikan Formal diselenggarakan dengan mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan yang meliputi: sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Anak didik merupakan generasi yang akan menentukan nasib bangsa Indonesia di kemudian hari. Karakter anak didik yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa . Karakter anak didik akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembangnya mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.
Orang tua senantiasa mendampingi dan meluruskan agar anak tidak salah arah. Lingkungan tempat tumbuh kembang seorang anak juga sangat mempengaruhi pembentukan karakter seorang anak. Untuk membentengi pengaruh- pengaruh yang kurang baik dari lingkungan tersebut maka penanaman karakter dari keluarga harus kuat. Ketuarga merupakan ujung tombak terbentuknya karekter seorang anak. Bagaimanapun kuatnya arus negatif dari luar kalua bekal dari keluarga sudah kuat niscaya anak mampu terhindar dari pengaruh negatif dari lingkungan luar.
Pendidikan karakter penting untuk diinternalisasikan di berbagai jenjang pendidikan. Pendidikan karakter sebagai salah satu alternatif yang dianggap mampu mengatasi atau paling tidak mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi karena adanya krisis karakter di Indonesia. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan karakter diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa ini dalam berbagai aspek, serta dapat memperbaiki dan meminimalkan terjadinya berbagai masalah yang disebabkan oleh krisis karakter. Pendidikan karakter merupakan sebuah proses pembiasaan, yaitu pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berkata jujur, permbiasaan untuk malu berbuat curang, pembiasaan untuk malu bersikap malas dan sebagainya. Budaya malu yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, kini telah pudar. Pejabat yang sudah nyata-nyata tangannya terborgor karena korupsi masih bisa menebar senyum di depan kamera wartawan. Keadaan ini sangat disayangkan. Kalangan pejabat yang intelektual harusnya menjadi suritauladan bagi rakyatnya.
Pendidikan karakter tidak akan terbentuk secara instan, tetapi harus dikembangkan secara serius dan sedini mungkin agar tercapai secara maksimal. Untuk itu, pendidikan karakter perlu diberikan sejak usia dini karena pada periode ini merupakan usia yang kritis dimana pertumbuhan dan perkembangan mereka sangat pesat dan merupakan dasar untuk pembentukan karakter selanjutnya. (Chasanah, 2016:1)