Lihat ke Halaman Asli

Si "Terima Kasih" yang Terlupakan

Diperbarui: 25 Juni 2015   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1330252418430326086

“Terima kasih,”

Ucapan tersebut mungkin saat ini sudah jarang kita dengar, atau bahkan kita ucapkan.

Benarkah?

Minggu yang lalu saya kebetulan pergi jalan-jalan dengan pacar saya ke sebuah mal paling besar di kota Jogja. Saat itu malam minggu, dan seperti biasa kami memarkir motor di area basement dari mal tersebut. Ketika tiba di loket karcis saya disodori secarik kertas karcis parkir. Saya menerima karcis tersebut dan mengatakan “Makasih, Mbak” dan si Mbak loket diam saja kembali sibuk mencatat nopol motor lain di belakang motor kami.

Sepulang dari mal kembali saya berhadapan lagi dengan loket karcis. Saya pun segera menyediakan karcis parkir dan uang selembar Rp 2000 untuk diberikan kepada petugas loket. Selesai membayar dan memberikan karcis lagi-lagi saya mengucapkan “Makasih, Mbak” dan lagi-lagi juga si Mbak loket diam saja.

Saya lalu berkata kepada pacar saya, “Sekarang pada pelit ngomong trimakasih ya,”

Apakah saya betul? Atau memang saya yang terlalu berlebihan?

Sebenarnya masih banyak contoh yang saya temui mengenai pelit “terima kasih” selain yang terjadi pada saya dan petugas loket tersebut. Mungkin masih banyak diluar sana yang minim ucapan “terima kasih”. Bagi saya sendiri ucapan “terima kasih” memiliki makna khusus. Makna yang mampu membuat orang lain merasa dihargai. Makna yang mampu membuat orang lain merasa tindakannya ataupun perbuatan yang dilakukannya berharga. Jujur saja saya memang terbiasa mengucapkan “terima kasih” pada siapa saja karena memang menurut saya ungkapan “terima kasih” itu sangat mencerminkan Indonesia sekali. Indonesia yang dikenal ramah, Indonesia yang dikenal baik hati, dan Indonesia yang pastinya mau menghargai. Tapi kenyataannya di luar sana masih banyak orang Indonesia yang justru melupakan pentingnya ucapan “terima kasih”.  Saya sendiri akan sangat senang sekali apabila ada seseorang yang mengucapkan “terima kasih” pada saya. Bagaimana tidak senang? Itu kan sebuah bentuk penghargaan meskipun hanya lewat kata-kata sederhana, tapi bagi saya sudah wah sekali lho.

Ah, apa Indonesiaku saat ini juga sedang miskin ucapan “terima kasih” ya? Semoga di tengah kemerosotan moral bangsa ini ucapan penghargaan tadi tidak juga ikut merosot jumlahnya. Ayo, budayakan mengatakan “terima kasih” pada siapa saja dan kapan saja. Mulailah dari diri kita sendiri dulu. Selamat ber-“terimakasih”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline