Lihat ke Halaman Asli

Napoli Berjuang Melawan Diskriminasi Italia

Diperbarui: 2 September 2016   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: www.gazzettaworld.com

Sejak negara Italia dibentuk pada 1861, sisi utara Negeri “Sepatu Bot” dikenal memiliki ketahanan ekonomi paling baik yang didukung berbagai industri, sedangkan di bagian selatan tertinggal di belakang. Italia bagian selatan masyhur melalui kehidupan agraris dengan hasil bumi, seperti keju, ikan, hingga wine.

Ketika bagian utara yang semakin jaya dengan industri mode di Milan dan otomitif di Turin, sehingga menunjang pembangunan Italia. Naples dan Palermo—dua kota terbesar di selatan Italia—justru mencoreng nama Italia dengan sejumlah skandal korupsi dan kegiatan kriminal yang diperparah oleh keberadaan kelompok mafia.

Pertumbuhan dua kota tersebut mengalami stagnasi setelah pemerintah pusat di Roma (Italia bagian tengah) memutus subsidi pembangunan. Hal itu diputuskan setelah terungkap skandal korupsi pada 1993 atas dana bantuan pembangunan sekitar 2 miliar dollar AS. Puncaknya, pada 2014, Naples ditetapkan sebagai kota bangkrut setelah tidak mampu membayar utang sebesar 1 miliar Euro.

Namun, kondisi ekonomi yang tak pasti tidak mengurangi kecintaan sekitar 960.000 penduduk terhadap Naples. Setidaknya mereka masih memiliki kebanggaan yang bernama Societa Sportiva Calcio (SSC) Napoli, sebuah klub sepakbola yang berdiri pada 1 Agustus 1926. Stadion San Paolo di Naples juga dianggap sebagai kuil sepakbola di selatan Italia.

Napoli adalah bentuk perlawanan kemapaman rakyat selatan Italia terhadap kekuasaan pusat di Roma ataupun kekuatan industri milik Milan dan Turin. Pada dekade 1980-an, Napoli berhasil menggeser hegemoni “Trio Utara Italia”, yakni Juventus, Internazionale, dan AC Milan, di tanah Italia melalui kehadiran seorang dewa bernama Diego Armando Maradona. 

Tidak hanya di Kota Naples, Maradona dianggap sebagai “Rasul yang Dijanjikan” oleh seluruh penduduk di selatan Italia karena membawa Napoli meraih perisai “scudetto” pada 1986/1987 dan 1989/1990. Itulah gelar “scudetto” pertama dan masih satu-satunya diraih klub dari daratan selatan Italia.

Maradona pun berkata bahwa Naples bukanlah bagian Italia. “Saya tidak menyukai kenyataan rakyat Naples diminta menjadi warga Italia dan mendukung timnas Italia. Naples selalu dimarginalisasikan oleh Italia, dan kota ini menderita karena rasisme yang tidak adil,” kata Maradona di sela Piala Dunia 1990.

Rivalitas baru

Dua puluh tahun berlalu, Napoli kembali menjadi salah satu klub elite Italia setelah sempat bangkrut pada 2004. Seiring berjalannya waktu, terutama memasuki musim Serie A 2016/2017, Napoli mengerucutkan perlawanan anti kekuasaan kepada penguasa sepakbola Italia dalam lima musim terakhir, yaitu Juventus.

Rivalitas I Partenopei dengan "Sang Kekasih Italia" dimulai ketika kedua tim bersaing di Serie B musim 2006/2007. Dan, dari segi sosial dan prestasi, Juventus memang satu-satunya tim yang menganggu keinginan Napoli kembali berjaya.

Secara sosial, Juventus adalah satu-satunya tim tradisional dan tua Italia yang masih dimiliki oleh orang asli Italia, yaitu dinasti Agnelli. Agnelli secara turun-temurun membesarkan Juve sejak 1923. Di sisi lain, duo Milan bahkan sudah diakuisisi oleh taipan Tiongkok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline