Sore itu saya hanyut dalam renungan mendalam sembari memperhatikan orang-orang yang berjalan cepat membawa tumpukan kertas dan dokumen. Tampaknya tergesa-gesa mengejar sesuatu. Sayangnya saya tak punya kemampuan membaca isi pikiran orang-orang yang sibuk lalu-lalang sore itu. Andai saja bisa, barangkali akan bertebaran berjuta-juta cita-cita, impian dan ambisi yang berbeda dari setiap orang itu.
Sama seperti mereka, sayapun memiliki ambisi dan cita-cita. Ketika kecil, cita-cita saya adalah membahagiakan orang tua. Ketika mulai membaca dan menulis, cita-cita saya bergeser menjadi astronot. Sadar bahwa astronot bukan hal yang mudah, saya yang sudah dewasa seenaknya menggeser kembali cita-cita untuk menjadi seorang pejabat negara. Sadar bahwa ada sesuatu yang menarik minat saya ketika kuliah, sayapun kembali seenaknya menggeser cita-cita ingin sekolah tinggi dan menjadi peneliti. Akhirnya, saya belum pernah menjadi apapun yang pernah saya cita-citakan. Saya tak menyesal, hanya tersenyum. Hal itulah yang mengundang gelak tawa ketika saya ceriterakan hal ini kepada seorang kawan lama, sambil tertawa lepas dia berucap "tetaplah berusaha, barangkali suatu saat impian itu jadi kenyataan".
Bagaimana mungkin? Agak susah diterima nalar, tak pernah ada pejabat negara nyambi jadi astronot sambil penelitian. Huff!
EUREKA! saya kembali tersenyum karena merasa berhasil meyakinkan diri sendiri bahwa sesungguhnya kita mampu (baca: telah) memiliki apapun yang kita inginkan. Everything is created twice in this world; in your head and in reality. Kata-kata itulah yang sesungguhnya menggiring kesadaran saya saat ini. Apapun yang anda impikan akan perlahan hadir dalam hidup anda, jika anda mengusahakannya dengan sungguh-sungguh. Namun, masih agak sulit bagi saya untuk memahami kalimat yang cukup populer tersebut. Anda masih ingat dengan The Law of Attraction - Hukum Tarik-menarik dan Gravitasi? Lupa? Silahkan diingat sendiri ya...
Saya sesungguhnya lebih suka menjalani keseharian ini dengan cara mengartikan kalimat tersebut secara terbalik; apapun yang (telah) hadir dalam hidup anda, sesungguhnya adalah apa yang pernah anda impikan dan usahakan dengan sungguh-sungguh. Bagi saya, memahami ungkapan yang terakhir ini jauh lebih mudah dan lebih gue banget. Nah, jelas sekarang! Dulu saya tak pernah bersungguh-sungguh mengejar impian untuk menjadi seorang astronot. lebih dari 80% keseharian saya hanya habis di lapangan sepak bola, bermain layang-layang, bahkan seringkali habis terpakai mendaki gunung bersama teman-teman. Sisanya, tentu tidur!
Yang TER- itu ternyata ada disini
Dengan mengartikan kalimat itu secara terbalik sesungguhnya mengajarkan saya tentang arti rasa syukur akan apa yang telah saya miliki, dan mengajarkan bahwa (sesungguhnya) saya pernah melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh yang akhirnya membuat hal itu menjadi nyata. Yang terbaik akan selalu menjadi milikmu, begitu ungkap orang tua saya. Pikiran ini langsung menggiring saya kembali ke masa-masa ketika kata-kata itu sering diungkapkan saat (sebut saja) saya gagal masuk ke SMA yang saya (anggap) baik, ketika saya gagal diterima di klub sepak bola yang saya (anggap) baik, kurang berprestasi semasa kuliah dan sibuk dengan aktifitas sosial lain, dan sederet kegagalan yang sesungguhnya hanya sebatas cara pandang saya sebagai anak muda. Kata-kata yang terbaik akan selalu menjadi milikmu itulah yang selalu dijadikan obat penenang dari orang tua saya yang begitu yakin bahwa kebaikan itu adalah hak setiap manusia. Kalimat penenang itu tampaknya punya kesesuaian dengan renungan saya tentang ungkapan yang terbalik tadi bahwa Tuhan selalu memberikan yang TER-baik untuk manusia.
Ya! Setelah lebih dari 15 tahun, akhirnya saya betul-betul percaya bahwa memang kita lahir dan hidup di dunia ini untuk alasan yang sungguh mulia. Kita hanya butuh percaya dan bersungguh-sungguh melakukan apapun yang bisa kita lakukan hari ini untuk membahagiakan semua orang disekitar kita. Bahwa memang betul kalau manusia hanya bisa berencana dan Tuhan-lah yang meluluskan. Namun percayalah, semua pemberian-NYA adalah yang TER-baik untuk kita.
Keluarga, teman, jabatan, pekerjaan, ilmu dan pengetahuan dan semua hal yang saat ini merupakan tangibledan intangible assets kita adalah hal-hal yang TER-baik dalam hidup anda. Wanita TER-cantik tentulah istri anda, tak ada alasan untuk mengharapkan yang lain bukan? Pekerjaan dan karir kita saat ini pun adalah yang TER-pantas untuk kita, tak perlu lagi berambisi terlampau berlebihan untuk mengejar yang lain bukan? Rumah yang di salah satu sudutnya bocor adalah tempat TER-nyaman yang kita miliki, sehingga selayaknya selalu ada waktu untuk merawatnya. Badan ini adalah anugerah TER-baik, sehingga kita pun perlu menjaga kebugaran dan kebersihannya. Mobil yang kemarin mogok pun merupakan mobil TER-loe banget, sehingga tak ada alasan untuk menjualnya dan mengambil kredit lebih yang barangkali justru akan mencekik dikemudian hari bukan?
Jadi semua TER- itu sesungguhnya sudah menjadi milik kita dan itu adalah hasil dari impian dan imajinasi kita di waktu lalu dan tentunya adalah hasil terbaik dari usaha yang kita suguhkan untuk menghadirkannya di kehidupan ini. Syukurilah! Tak ada gunanya selalu menjadi pemimpi yang tak pernah bangun. Setiap orang punya cara dan jalan sendiri untuk menggapai apa yang diraihnya saat ini, tak ada gunanya bermimpi dan berjuang untuk menjadi seperti orang lain. Anda dan saya punya jalan berbeda, lahir dengan kemampuan berbeda, namun bisa jadi kita bertemu di tempat yang sama kelak. Kebahagiaan.
Yang terpenting, you have to do what you believe and believe in what you do