[caption id="attachment_121161" align="aligncenter" width="680" caption="Burqa (Dok: telegraph.co.uk)"][/caption]
Beberapa hari yang lalu sebuah portal berita online milik New Zealand (stuff.co.nz) mewartakan bahwa di Auckland - kota terbesar di new Zealand, dua wanita asal Saudi Arabia diwaktu terpisah menangis di pinggir dan tengah jalan karena diusir oleh supir bis yang akan mereka naiki. Mereka tidak diijinkan naik bis tersebut dan dipaksa untuk membuka Burqa mereka jika tetap ingin naik. Oleh kedua perempuan tersebut kejadian ini dilaporkan pada konsulat Arab Saudi yang mengakibatkan konsulat Arab Saudi segera mengeluarkan surat protes kepada pemerintah New Zealand terkait dengan kejadian ini. Untuk diketahui bahwa New Zealand merupakan salah satu negara yang memberikan kebebasan beragama dan budaya bagi semua orang. Berbeda dengan beberapa negara Eropa yang telah melarang menggunakan Hijab/Burqa atau jilbab di tempat umum. Akibat dari surat konsulat Arab Saudi tersebut, kedua supir bis harus menjalani skorsing walaupun tidak dikeluarkan dari pekerjaan. Selain menjalani skorsing, mereka juga harus mengikuti sesi konseling yang diadakan oleh pemerintah. Portal online tersebut juga menyebutkan alasan kedua supir tersebut mengusir kedua wanita tersebut karena mereka berdua mengidap "maskophobia" (CMIIW) yaitu phobia terhadap orang-orang yang bertopeng. Jujur saya baru tahu ada phobia macam itu. Hal lain yang menarik bagi saya ketika membaca berita tersebut adalah komen dari pembaca. Lebih dari 100 pembaca memberikan komentar dan mayorita dari mereka memberikan nada yang negatif terhadap penggunaan hijab, burqa dan jilbab di tempat umum. Bahkan banyak dari mereka yang meminta pemerintah New Zealand untuk mengikuti Perancis dan beberapa negara Eropa yang melarang penggunaan atribut Muslim di tempat umum. Dari hal-hal tersebut ada beberapa hal menarik yang saya cermati. Yang pertama adalah kecepatan pemerintah Arab saudi merespon keluhan warganya. Dengan surat protes yang dilayangkan Konsulat tersebut, maka paling tidak dimata pemerintah New Zealand terlihat bagaimana perhatian pemerintah Arab Saudi terhadap warganya. Besarnya investasi negara arab di tanah Kiwi ini paling tidak membuat keder pemerintah New Zealand jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Yang kedua, saya mencermati bahwa untuk mencari jalan tengah permasalahan ini, pemerintah New Zealand tidak memberhentikan supir bis tersebut. Hanya menskors dan mewajibkan mereka mengikuti konseling. Hal ini bermakna bahwa mereka ingin melindungi warganya sekaligus ingin menunjukkan keseriusan mereka untuk menunjukkan kepada dunia bahwa New Zealand adalah negara yang menjunjung kebebasan. Yang ketiga, sebagai Muslim saya yang sedang study di New Zealand ini agak mulai khawatir dengan kejadian ini. Saya khawatir dengan mulai muncul nya sentimen negatif warga lokal terhadap Islam. Banyak dari komen-komen tersebut yang meminta pemerintah untuk melarang penggunaan atribut-atribut keagamaan dimana jilbab adalah salah satunya. Walaupun New Zealand adalah negara yang menjunjung kebebasan beragama dan berbudaya. Tidak ada salah nya untuk berhati-hati dan waspada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H