Lihat ke Halaman Asli

Husnul Khatimah

inclusive enthusiast

Manasik Haji Cilik, Pengalaman Ramah Anak Berkebutuhan Khusus yang Menginspirasi

Diperbarui: 13 Oktober 2024   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemberian penghargaan untuk BSI Maslahat dan TaNur Muthmainnah Travel, sumber : Dokpri

Manasik haji cilik selalu menjadi momen yang spesial, baik bagi anak-anak maupun orang tua. Tapi, kali ini ada sesuatu yang lebih istimewa---karena manasik haji cilik yang aku selenggarakan di bawah Yayasan Cahaya Keluarga Madani didesain khusus agar ramah bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Melihat bagaimana anak-anak, termasuk ABK, dengan penuh semangat menjalani setiap tahapan manasik haji ini adalah pengalaman yang benar-benar menginspirasi.

Ketika kami merencanakan kegiatan ini, salah satu hal yang menjadi prioritas utama adalah memastikan setiap anak, termasuk yang berkebutuhan khusus, bisa ikut serta tanpa hambatan. Dari awal, kami memahami bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan kecepatan yang berbeda dalam belajar. Oleh karena itu, kami menyiapkan lingkungan yang mendukung, dengan ruang yang lebih tenang dan pendamping yang terlatih untuk mendampingi ABK dalam setiap tahapan. Kami ingin memastikan bahwa mereka merasa aman, nyaman, dan dilibatkan dalam setiap proses manasik.

Pada hari pelaksanaan, suasana penuh antusiasme menyelimuti lokasi manasik. Setiap anak, baik yang berkebutuhan khusus maupun tidak, tampak antusias mengenakan pakaian ihram dan mengikuti setiap prosesi manasik, mulai dari tawaf, sai, hingga lempar jumrah. Aku tak akan lupa betapa senangnya melihat anak-anak berlari kecil sambil tersenyum lebar saat melaksanakan sai, dengan pendamping yang selalu siap membantu. Tidak ada yang tertinggal, dan itu adalah momen yang sangat menggugah perasaanku---melihat bahwa inklusivitas tidak hanya bisa diwujudkan, tapi juga dinikmati oleh semua anak.

Bagi anak-anak berkebutuhan khusus, pengalaman manasik haji ini menjadi kesempatan untuk merasakan spiritualitas dalam bentuk yang lebih nyata. Kami menggunakan pendekatan yang sederhana dan visual, agar mereka lebih mudah memahami apa yang sedang dilakukan. Misalnya, kami menyediakan gambar-gambar besar yang menjelaskan setiap tahapan ibadah haji. Dengan cara ini, mereka bisa lebih mudah memvisualisasikan prosesi yang akan dilakukan dan memahami makna di baliknya.

Hal yang paling mengharukan bagiku adalah saat melihat anak-anak berkebutuhan khusus ikut serta dalam prosesi lempar jumrah. Dengan penuh semangat dan senyum bahagia, mereka melempar batu kecil, didampingi oleh pendamping yang sabar menjelaskan setiap langkah. Momen-momen seperti ini mengingatkanku bahwa kegiatan spiritual seperti manasik haji harus bisa diakses oleh semua anak, tak peduli apapun tantangan yang mereka hadapi.


Salah satu pelajaran terbesar yang aku petik dari pengalaman ini adalah pentingnya pendekatan inklusif dalam setiap kegiatan pendidikan dan spiritual. Manasik haji cilik tidak hanya memberikan pelajaran spiritual tentang ibadah haji, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, kesabaran, dan kepedulian. Ini adalah kesempatan bagi kita sebagai orang dewasa untuk memastikan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, merasakan manfaat penuh dari kegiatan yang mereka ikuti.

Bagi orang tua dari anak berkebutuhan khusus, kegiatan seperti ini juga memberi mereka harapan dan kebahagiaan. Banyak dari mereka yang awalnya ragu apakah anak mereka bisa berpartisipasi penuh dalam kegiatan manasik, tapi ketika mereka melihat anak-anak mereka ikut serta dengan antusias dan senyum lebar, keraguan itu pun hilang. Ini menunjukkan bahwa dengan perencanaan yang baik, dukungan, dan kesabaran, kita bisa menciptakan lingkungan yang inklusif untuk semua anak.

Manasik haji cilik ini bukan hanya tentang latihan ibadah, tetapi juga tentang menciptakan kenangan manis dan pengalaman spiritual yang tak terlupakan, terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berkembang dan diadopsi oleh lebih banyak lembaga pendidikan, karena setiap anak berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan merasakan kedekatan dengan agama mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline