Lihat ke Halaman Asli

Husnul Khatimah

inclusive enthusiast

Perkembangan ABK di Era Digital: Memahami Dampak dan Menyikapinya dengan Bijak

Diperbarui: 16 Maret 2024   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Di era digital ini, pendidikan telah berkembang dan bertransformasi dengan cara yang belum pernah kita duga sebelumnya. Namun, kita harus ingat bahwa teknologi hanya alat, dan efektivitasnya sangat tergantung pada bagaimana kita menggunakannya."

Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Di era digital saat ini, berbagai teknologi telah dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran ABK, terutama sejak pandemi COVID-19 memaksa sekolah dan lembaga pendidikan lainnya untuk beralih ke pembelajaran jarak jauh.

Namun, meski teknologi telah membuka pintu baru bagi pembelajaran, seiring dengan manfaatnya, pembelajaran digital juga memiliki sejumlah tantangan dan dampak yang perlu dipahami dan ditangani dengan bijaksana oleh semua pihak yang terlibat, terutama orang tua dan pendidik.

Pertama, kita perlu memahami bahwa ABK memiliki tahapan perkembangan yang berbeda dengan anak pada umumnya. Mereka mungkin memerlukan waktu yang lebih lama atau pendekatan yang berbeda untuk mencapai milestone tertentu dalam perkembangan mereka. Dalam konteks pembelajaran digital, tantangan ini dapat menjadi lebih kompleks. Misalnya, ABK mungkin merasa kesulitan untuk fokus dan memahami materi pelajaran yang disampaikan secara online, atau mereka mungkin merasa frustasi dengan masalah teknis dan akses internet yang terbatas.

Hal ini bukanlah hal yang sepele. Keterbatasan dalam memahami materi pembelajaran dan frustrasi yang timbul dari masalah teknis dapat menghambat perkembangan ABK dalam mencapai milestone mereka. Sebagai contoh, seorang ABK yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran digital mungkin merasa tidak mampu untuk mengikuti materi pelajaran, sehingga mengakibatkan penurunan motivasi belajar.

Kedua, distraksi adalah masalah besar dalam pembelajaran digital. Dengan berbagai tab browser dan aplikasi yang bisa dibuka dengan mudah, ABK mungkin tergoda untuk bermain game atau melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan belajar. Hal ini bukan hanya mengurangi fokus dan konsentrasi mereka pada tugas belajar, tetapi juga dapat berdampak negatif pada perilaku dan kemampuan manajemen emosi mereka.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa berdampak buruk pada proses pembelajaran mereka di sekolah serta perkembangan emosi dan perilaku mereka secara umum. Misalnya, seorang ABK yang sering terdistraksi oleh game online mungkin mengalami penurunan prestasi akademik dan masalah perilaku seperti hiperaktivitas atau kesulitan dalam menahan impuls.

Ketiga, dengan pembelajaran digital, ABK mungkin merasa kurang mendapatkan interaksi sosial langsung yang mereka butuhkan untuk pengembangan emosi dan sosial mereka. Interaksi dengan guru dan teman sekelas melalui layar mungkin tidak bisa menggantikan kehangatan dan kedekatan yang mereka dapatkan dari interaksi langsung di kelas.

Oleh karena itu, peran orang tua menjadi sangat penting dalam mendukung pembelajaran digital ABK. Orang tua perlu sadar betul akan tantangan dan dampak dari pembelajaran digital, dan harus lebih banyak terlibat dalam proses belajar ABK.

Pertama, orang tua perlu menyediakan waktu yang berharga untuk berinteraksi dan beraktivitas bersama ABK. Ini bukan hanya membantu ABK dalam perkembangan emosi dan sosial mereka, tetapi juga menciptakan bonding yang lebih berkualitas antara orang tua dan anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline