Tak henti-hentinya kebutuhan pangan pokok terus melunjak naik. Sebenarnya dari tahun ke tahun kebutuhan pokok pasti mengalami kenaikan karena tingginya permintaan konsumen pada saat hari raya idul Fitri, natal atau beberapa hari lainnya.
Tetapi biasanya akan turun jika permintaan konsumen juga turun. Tetapi juga terdapat faktor lain yang mengakibatkan melonjaknya harga telur, seperti cuaca dan peraturan pemerintah.
Faktor permintaan sebagian besar berasal dari konsumen rumah tangga. Konsumen rumah tangga seperti ibu rumah tangga biasanya memasak telur sebagai hidangan hari raya idul Fitri. Bahkan terkadang bukan hanya dijadikan sebagai satu masakan tetapi juga mendajdi beberapa olahan masakan yang siap dihidangkan pada hari raya idul Fitri.
Harga telur berada pada kisaran Rp. 27.500 per kg di Surabaya bagian Utara. Walaupun hara telur yang terus melunjak tetapi sebagian besar konsumen tetap memilih telur sebagai bahan makanan pokok yang tidak bisa digantikan. Apalagi memang saat ini masih banyak pedagang telur yang ada di sekitaran kita, sehingga walaupun harga telur melonjak kita tidak kesusahan untuk mencari telur.
Produksi telur juga tidak bisa dibilang mudah. peternak telur juga merasa bingung dengan lonjakan harga pangan ayam. Sehingga menjadikan peternak telur harus menaikkan harga telur.
Peternak sendiri juga bingung untuk mencari pasokan jagung sebagai pakan ayam. Hingga akhirnya terkadang peternak lebih memilih menjadikan ayam induk sebagai ayam potong karena harga daging ayam masih bernilai dibandingkan harga telur.
Pada saat ini banyak dilakukan sidak pasar oleh pemerintah sebagai usaha menstabilkan harga telur di pasar. Karena dikhawatirkan akan adanya penyimpanan telur yang mengakibatkan lonjakan harga telur.
Tetapi setelah dilakukan sidak pasar pemerintah juga tidak menemukan adanya penyelewengan telur yang mengakibatkan harga telur melonjak. Pemerintah juga meyakini bahwa harga telur bisa melonjak mungkin terjadi karena proses produksi yang tidak berjalan dengan lancar sementara permintaan konsumen yang terus meningkat.
Lonjakan telur saat ini juga dianggap sebagai recover para peternak ayam setelah beberapa bulan sebelum hari raya idul Fitri mengalami penurunan hingga mencapai Rp. 20.000 per kg.
Pada saat seperti itu permintaan konsumen mulai menurun dan banyak penjual telur yang rugi karena banyaknya telur busuk yang belum habis terjual. Pada saat itu pedagang juga mengeluhkan karena adanya bansos covid-19 berupa telur sehingga membuat harga telur semakin menurun.