Lihat ke Halaman Asli

Imlek dan Kesalehan Sosial

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agak tidak nyambung memang, sedikit dipaksakan, namun coba kita lihat nanti apa korelasinya antara perayaan Imlek dan tradisi sebagian masyarakat Jakarta yang asli pribumi dalam menghormati tahun baru etnis tionghoa ini.

Bagi masyarakat tengah kota mungkin imlek menjadi berkah luar biasa, disamping pernak-pernik yang dapat mereka jual sebagai pelengkap kebutuhan perayaan, berkah bagi mereka juga bisa berupa atraksi barongsai serta mendapatkan angpao dalam jumlah tidak sedikit dari sahabat dan saudara-saudara mereka yang ber-etnis tionghoa (baca_keturunan). Saya percaya ini, karena banyak sekali kawan dan sahabat yang bercerita tentang tradisi dan perayaan imlek.

Bukan hanya masyarakat tionghoa yang berterima kasih kepada Alm. Gus Dur sebab beliau semasa menjadi Presiden Republik Indonesia telah menjadikan hari imlek libur nasional, tidak, sebab ternyata hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia juga sangat berterima kasih sebagai wujud toleransi dalam bernegara.

Lalu dimana letak kesalehan sosialnya? Begini, masyarakat Jakarta yang majemuk, yang sebagian besar terdiri dari berbagai etnis dan suku memiliki pandangan sendiri terhadap perayaan imlek. Khusus bagi suku Betawi yang hampir 90% lebih beragama Islam dan memegang teguh tradisi ahlu sunnah wal jama’ah, tradisi perayaan imlek bagi mereka adalah suatu tradisi dan salah satu budaya bangsa yang harus terus dilestarikan. Apalagi, di dalam perayaan itu banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan satu sama lain. Sebagai contoh, tradisi di daerah Rawa Belong Jakarta Barat yang hampir setiap tahun dalam perayaan imlek mereka berbondong-bondong membawakan ikan bandeng yang dihadiahkan untuk orangtua, mertua dan atau orang-orang yang usianya lebih tua dari mereka.

Pemberian Ikan bandeng bukan hanya sebagai bentuk silaturahim antara yang muda kepada yang lebih tua, tapi sebagai pengikat dan kepercayaan lama sebagian besar masyarakat agar hubungan tidak renggang dan tidak terjadi perseteruan di tahun itu. Selain tradisi seperti itu, di banyak daerah di Ibukota Jakarta juga banyak yang menghadiahi tetangga mereka dengan kue cina atau dodol cina, kue yang sangat lazim dan terkenal di masyarakat Jakarta khususnya bagi masyarakat betawi.

Bukankah dengan silaturahim akan tercipta sikap toleransi dan saling memahami masing-masing hak dan kewajiban antar warga Negara? Bukankah dengan saling memahami setiap perbedaan maka akan muncul kesetiakawanan sosial yang berkesinambungan? Di sinilah letak positif perayaan imlek bagi seluruh masyarakat Indonesia. Jika individu sudah bisa melihat perbedaan sebagai kekuatan, maka kesalehan sosial adalah keniscayaan.

Selamat Tahun Baru Imlek 2565….selamat menuai keberuntungan di Tahun Kuda…!!!

Gong Xi Fa Cai…!!!!

Husni Mubarok Amir

Ketua Lakpesdam NU DKI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline