Ketika Amerika belum pulih dari krisis ekonomi 2008, kini sudah muncul krisis yang serupa di negara-negara Eropa.
Spanyol dan Itali dikabarkan terancam gagal bayar, begitu juga Yunani yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Negara uni Eropa yang notabene hampir semua negara maju seperti kualahan menyembuhkan permasalah ekonomi di kawasan mereka.
Sama halnya dengan Amerika Serikat, berbagai kebijakan dikeluarkan Presiden Obama untuk pemulihan ekonominya, namun hasilnya tidak berpengaruh banyak. Berbagai lembaga keuangan perusahaan besar akhirnya gulung tikar.
Harga emas dunia terus meroket. Hal ini diakibatkan pasar saham dunia yang ikut terguncang. Para investor lebih memilih alat investasi yang lebih aman. Namun, bagaimana dengan sektor riil? Diharapkan dengan adanya krisis di negara-negara maju, justru bisa memberikan efek positif ke negara berkembang seperti Indonesia.
Sejak terjadinya krisis finansial global tahun 2008, kekhawatiran akan kemandegan perekonomian dunia secara keseluruhan rupanya tidak terbukti. Cina, Indonesia, Brasil, India, yang masuk dalam negara emerging market, terus menunjukan pertumbuhan positif.
Banyak yang melihat faktor konsumsi dalam negeri yang besar membuat negara-negara ini terus bertahan. Kapasitas ekspor yang tidak terlalu besar, apalagi ke negara-negara maju yang sedang ditempa krisis. Dengan jumlah penduduk yang besar, perputaran roda ekonomi terus berjalan.
Kekuatan ekonomi Cina di tingkat dunia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Ada yang menarik dari filosofi pemerintahan Cina yang sosialis. Terbukti kekuatan Kapitalis Amerika pada akhirnya tumbang.
Kekuatan sosialis Cina ternyata belum sepenuhnya hancur. Pada tahap awal rupanya secara otoriter pemerintah melakukan pemerataan. Baik sektor pendidikan, pertanian, kependudukan, segala hal semua dihusakan merata. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Rupanya ini merupakan pondasi awal untuk menuju ekonomi yang kuat.
Setelah melewati Jepang, Cina diprediksi akan menyusul Amerika. Cina akan terus berkembang, sedangkan Amerika sudah pada tahap stagnan. Cina masih terus berlari, sedangkan Amerika hanya bisa berjalan.
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia masih punya kesempatan untuk berlari. Banyak potensi dan kekuatan yang dimiliki. Dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa harus bisa dimanfaatkan.
Alam memang kaya, tetapi bagaimana manusia memanfaatkanya dengan baik? Itu menjadi pekerjaan rumah yang harus kita pikul bersama.