[caption id="attachment_259392" align="aligncenter" width="300" caption="Isi Indomie goreng hanya dengan bumbu serbuk (asin) dan serbuk cabe"][/caption]
Dari Sabang sampai Merauke. Dari Timor sampai ke Talaud Indonesia tanah airku, Indomie seleraku... Dari desa sampai ke kota. Dari gurun sampai pegunungan Indonesia tanah airku, Indomie seleraku... Indomie Indomie seleraku... Indomie dari dan bagi Indonesia...
Masih ingat dengan jingle promo itu kan? Ya iyalah, apalagi kalau bukan lagu pengiring iklan mie instan, Indomie, keluaran perusahaan raksasa Indofood yang juga sempat digubah-pakai sebagai jingle kampanye SBY dalam pilpres dulu. Andai sudah melupa, sampean pasti hanya –meminjam judul satu hits grup band Kuburan– lupa lupa ingat tho?
Tentu masyarakat ndak menampik pula jingle itu mengesankan rasa “nasionalisme” banget. Selain betapa mie instan tersebut sudah menjadi bagian sajian pelengkap (atau menu pokok?) hidangan keseharian yang mendunia, termasuk bagi penduduk negeri ini. Dari Sabang hingga Merauke, dari desa hingga kota, serta dari gurun sampai pegunungan.
Saya pun mengamininya pada mulanya. Terlebih mie instan dengan beragam menu rasa itu memang dijumpai di mana pun. Selama pernah berkunjung ke berbagai daerah khususnya Jawa Timur dan sekitarnya, pasti saya menjumpainya tiada beda. Jika boleh dibilang, di mana kaki berpijak, di situ pula Indomie dijumpai dan disukai. Geliat penjualannya juga begitu merajai pasaran ketimbang mie instan yang lain. Pokoknya Indomie deh.
Hingga pada kesempatan saya menyambangi saudara dan teman-teman yang mengadu nasib di wilayah Bandarlampung, pulau seberang beberapa bulan terdahulu. Indomie yang saya jumpai ternyata berbeda. Ketika berkunjung lagi ke gerbang bumi Andalas dalam sebulan lebih kemarin, eh saya masih menjumpai perbedaan tersebut.
Bungkusnya sih sama seperti yang bisa dijumpai semisal di daerah saya. Namun isinya yang berlainan, terutama jenis Indomie goreng yang lebih disukai umumnya masyarakat. Perbedaannya yang mencolok pada bumbunya. Jika bumbunya untuk menu rasa serupa di Jawa Timur-Surabaya dan sekitarnya, terdiri 2 sachet yang masing-masing terbagi menjadi bumbu serbuk dan bawang goreng lalu minyak bumbu, kecap manis dan saos cabe; tapi hanya 2 sachet masing-masing bumbu serbuk asin dan cabe lalu minyak bumbu dan kecap manis tanpa saos cabe dan bawang goreng di Bandarlampung.
Kala menanyakannya kepada masyarakat setempat, Indomie dengan harga untuk Jawa Timur-Surabaya dan sekitarnya dalam kisaran Rp 1.200, sementara bandrolnya dipatok Rp 1.500 hingga Rp 1.700 di toko-toko kelontong Bandarlampung tersebut; memang demikian tanpa saos cabe dan bawang goreng selama ini.
Sudah barang tentu perbedaan macam itu mengurangi cita rasa plus selera bagi masyarakat sama halnya saya. Sempat saya menemukan mie goreng persis dengan jenisnya yang beredar di tempat tinggal saya, itu pun hanya sekali dan membelinya di swalayan besar. Kalau membelinya di toko-toko kecil termasuk kelontong modern mini, tetap sama tanpa bumbu saos cabe dan bawang goreng.
[caption id="attachment_259391" align="aligncenter" width="300" caption="Bungkus Indomie goreng hanya dengan bumbu serbuk (asin) dan serbuk cabe"]
[/caption]
Celakanya, saya pun pernah menjumpai isinya yang bahkan hanya bumbu serbuk dan cabe tanpa minyak bumbu dan kecap manis. Kendati ndak sempat mendokumentasikan buktinya melainkan hanya memotret bungkusnya setelah dicek berulangkali, lantaran saya ndak menduganya sebelum membukanya, saya pun makin bertanya-tanya sendiri. Demi Tuhaaan hadeeh...
Entah apa memang terselip pembedaan dalam pendistribusiannya di sejumlah daerah. Mudah-mudahan fenomena ini menjadi pertimbangan Indomie-Indofood saat usianya memasuki ke-40 tahun sekarang, dalam melayani kebutuhan khalayak luas mendatang. Sebab, dengan temuan demikian haruskah kesan saya beserta masyarakat terhadap Indomie (goreng) yang kadung tertanam bertahun-tahun, juga berubah bahwa ternyata diam-diam Indomie ndak meng-Indonesia sepenuhnya? Entahlah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H