Masjid Atthoyibah dibangun pada tahun 2015, dan disebut sebagai masjid replika ka’bah. Apabila dibandingkan dengan masjid-masjid lainnya di sekitar Kab. Subang, masjid ini memiliki perbedaan sangat mecolok karena bentuknya yang sangat jauh berbeda dengan masjid-masjid lain pada umumnya. Dari aspek bentuk, masjid ini sangat sederhana, hanya bentuk kubus saja menyerupai bangunan ka’bah di Mekah.Hal ini bukan tanpa maksud, yakni sebagai pengobat rindu bagi jamaah yang pernah melihat Ka’bah secara langsung di mekah, dan akan sangat merindukan bagi jamaah yang belum sama sekali ke mekah sehingga akan membuat penasaran para jamaah yang lewat untuk bisa merasakan sholat di masjid tersebut.
Masjid yang berlokasi di Jalan Raya Kalijati Timur No 64, Kalijati Timur, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang ini memiliki bentuk persegi empat, sengaja dibangun sama persis dengan Ka'bah yang ada di Kota Mekah, baik tinggi masjid, lebar maupun ukuran luas mesjid dibuat nyaris sama. Bahkan masjid ini dilengkapi kaligrafi yang sama persis dengan Kiswah (penutup kain) Ka'bah. Masjid ini berukuran 100 meter persegi yang berdiri di atas 2.800 meter persegi.Di samping itu pula penambahan bangunan-bangunan replika seperti hijr ismail dan bukit shofa-marwa menambah kesan suasana di mekah.
Masjid ini memiliki bentuk yang sangat sederhana namun diharapkan menyita perhatian yang lewat. Dengan corak bangunan yang sederhana akan sangat mudah dalam pemeliharaan, dan tidak mudah kotor oleh debu jalanan. Selain itu pula dengan menerapkan cat warna hitam mampu menyerap sinar matahari sehingga tidak menyilaukan para pengendara yang lewat.
Suasana dalam ruangan cukup nyaman, tingkat kebisingan rendah walaupun kurang dari 15 meter dari bahu jalan raya. Hal ini karena memang bukaan pada bangunan tidak terlalu banyak. Fungsi bukaan hanya sebatas mamasukan cahaya matahari guna membantu pencahayaan dalam ruangan pada siang hari. Untuk sirkulasi udara pun cukup melalui pintu masuk yang besar, dan pintu masuk berada disisi dalam masjid.
Dinding depan tidak terdapat ornament yang sangat mencolok bahkan jadwal sholat sekalipun. Dinding mihrob sebatas dilapis dengan granit polos, sehingga pandangan dan kekhusyuan para jamaah lebih terjaga, sehingga bangunan ini lebih mengutamakan fungsinya sebagai tempat ibadah yang memerlukan kekhusyuan tinggi.
Dengan akses masuk yang terbuka, sekaligus sebagai main entrance yang berada pada sisi dari arah Purwakarta menuju kota Subang sangat memudahkan calon jamaah atau pengunjung untuk singgah, sehingga para pengunjung tidak perlu menyebrang. Kondisi seperti ini dipadu dengan fasade bangunan masjid yang mencolok karena memiliki kekhasan maka tujuan menggiring pengendara untuk bisa sholat dan istirahat akan lebih maksimal. Hal ini dibuktikan dengan selalu penuhnya masjid pada saat jam waktu sholat, bahkan di luar waktu sholat sekalipun.
SISI LAIN SEBAGAI KRITIK
Masjid ini memiliki bukaan yang sangat minim, hal ini akan mempengaruhi terhadap suhu udara di dalamnya, apalagi jika sedang digunakan sholat berjamaah atau sholat jum’at. Tingginya suhu udara dalam ruangan, maka sangat mempengaruhi kenyamanan jamaah.
Posisi masjid yang berada tikungan jalan akan merdampak pula pada tingkat keamanan para pengendara, apalagi pada saat jam sibuk. Sering terjadi tabrakan antara masjid yang hendak keluar area masjid dengan pengendara yang datang dari arah yang berlawanan karena kurangnya fitur keamanan jalan raya, atau karena kurangnya visual pengendara dari arah lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H