Lihat ke Halaman Asli

Tidak Ada Kawan dan Lawan Abadi, yang Ada Hanya Kepentingan Abadi

Diperbarui: 4 April 2017   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak ada kawan dan lawan abadi yang ada hanya kepentingan abadi

Kawan adalah istilah untuk seseorang yang katanya mengerti tentang kita, kenal dengan kita, memahami tentang kita, dan selalu dekat dengan kita. Namun pertanyaannya apakah ada kawan yang selalu ada setiap saat untuk kita? Jawabannya pasti tidak karena kawan bukanlah asisten atau bodyguard kita yang selalu ada setiap kita melakukan aktivitas apapun, kawan juga mempunyai kesibukannya sendiri-sendiri. Kawan juga sangat terikat dengan ruang dan waktu dimana kita tinggal kapan waktu kita bertemu dan lain sebagainya, kawan pun bisa menjadi lawan ketika kawan tersebut sudah tidak sesuai dengan prinsip atau tidak sesuai dengan jalan pikiran kita.

Konflik yang terjadi memang bermacam-macam ada yang terjadi hanya karena hal yang sangat sepele sampai terjadi karena hal yang memang termasuk dalam masalah yang sangat besar, kawan selalu datang dan pergi. Baik itu karena memang pergi untuk kebaikan maupun pergi karena adanya konflik yang terjadi antara kita dan kawan. Oleh karena itu tidak ada kawan yang abadi.

Lalu lawan istilah lain dengan lawan adalah musuh, yaitu seseorang yang tidak sepaham dengan kita atau bahkan orang yang kita benci. Lawan adalah orang yang selalu berseberangan dengan kita ketika kita ngomong A kita pasti berusaha untuk ngomong B begitupun sebaliknya. Lawan selalu ada dimanapun berada sama seperti kawan lawan juga terikat ruang dan waktu, datang dan pergi begitu seterusnya.

Terkadang lawan juga bisa menjadi kawan ketika ternyata terjadi kecocokan atau kesadaran dalam diri masing-masing  bahwa tidak seharusnya mempunyai lawan, namun lain halnya ketika sedang dalam berkompetisi lawan adalah pihak yang harus dihadpi dan harus dikalahkan. Oleh karena itu lawan pun tidak ada yang abadi.

Lalu jika kawan dan lawan tidak ada yang abadi terus apa yang abadi? Jawabannya adalah kepentingan, ya kepentingan adalah hal yang sangat melekat pada kawan dan lawan, ketika kita berkawan dengan seseorang pasti ada kepentingan yang berperan dalam hal itu, begitupun lawan juga terdapat kepentingan didalamnya. Oleh sebab itu kepentingan tidak mengenal yang namanya kawan atau lawan karena kepentingan selalu ada dimanapun berada dan di waktu kapanpun.

Ngomong-ngomng soal kepentingan pasti tidak terlepas dari yang namanya berpolitik, ya politik memang penuh dengan unsur kepentingan didalamnya, mana yang menguntungkan mana yang merugikan. Seperti halnya politik yang terjadi di negara kita adalah contoh kepentingan yang real. Dalam politik di Indonesia tidak ada yang namanya kawan berpolitik ataupun lawan berpolitik semuanya sama yaitu satu kepentingan. Kepentingan adalah hal yang selalu dan akan selalu ada baik dalam kawan maupun lawan.

Maka ada istilah tidak ada kawan dan lawan abadi yang ada hanya kepentingan yang abadi. Bicara soal kepentingan semua orang pasti mempunyai kepentingan baik itu kepentingan yang bersifat positif maupun kepentingan yang bersifat negatif. Namun ada sebagian orang yang tidak mau dikatakan bahwa berkawan hanya karena kepentingan, itu karena mereka belum sadar bahwa apa sebenarnya hakikat atau latar belakang berkawan itu, pasti salah satunya adalah faktor kepentingan yang selalu mengikuti.

Seperti contohnya berkawan dengan seseorang apa kepentingannya kepentingannya adalah ya ingin berkawan dengan orang tersebut karena orang tersebut baik, ganteng / cantik, humoris pintar dll. Lalu kepentingan lawan yaitu karena kepentingan pribadi misalnya tidak sesuai dengan pendapat pribadi, tidak sesuai dengan apa yang dipikurkan dan lain sebagainya. Maka jika kita sudah mengetahui hakikatnnya maka kita akan lebih bijak dalam berkawan atau berlawan. Seperti saya pernah mendengar salah satu hadits Rasul SAW.

Bahwa “cintailah sesuatu sekedarnya saja karena sesuatu yang dicinta pasti akan di benci, dan bencilah sesuatu sekedarnya pula karena sesungguhnya sesuatu yang dibenci pasti akan di cinta” lagi-lagi karena ada kepentingan so bijaklah dalam menggunakan kepentingan itu

By Husni Mubarok

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline