Masyarakat desa Taji kurang mendapatkan akses pendidikan layak akibat kondisi geografisnya yang jauh dari kota dan berada di atas perbukitan curam. Desa Taji tidak memiliki SMP bahkan SMA. Jika tetap ingin melanjutkan ke jenjang tersebut, siswa harus bersedia bolak-balik Taji-Jabung yang berjarak kurang lebih 9 km.
Disamping itu, keterbatasan jumlah pendidik dan keterbatasan ekonomi juga menjadi penghalang bagi siswa Taji untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Siswa harus membayar sekitar Rp.300.000 per bulan.
Berbagai masalah tersebut membuat sebagian besar siswa memilih untuk menikah muda dan memiliki anak. Sehingga memunculkan kesenjangan pendidikan antara Taji dan wilayah Malang lainnya, serta dapat mengurangi peluang anak-anak desa Taji untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seperti Universitas.
Pada akhirnya, mereka harus mengubur cita citanya dan menggantinya dengan pekerjaan sebagai petani layaknya sebagian besar penduduk disana.
Program bernama Future Genius Child (FGC), menawarkan solusi untuk masalah tersebut. FGC merupakan bukti kontribusi 6 mahasiswa PPKn Universitas Negeri Malang dalam peningkatan kualitas pendidikan bagi anak-anak desa Taji, dengan cara menyediakan program les gratis.
Les gratis yang diadakan bertujuan agar dapat mengurangi kesenjangan pendidikan dan meningkatkan tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran. Mata pelajaran yang dimuat adalah Matematika, IPA, B. Indonesia, B. Inggris, IPS, dan PPKn.
Kesadaran masyarakat Taji terhadap rendahnya kualitas pendidikan, mendorong banyak anak untuk mengikuti program les gratis dari FGC. Antusiasme ini terlihat dari jumlah peserta didik yang datang terus meningkat setiap pertemuan. Bahkan pada 12 November 2024, 46 anak mengikuti program FGC. Kegiatan ini diadakan setiap hari Selasa dengan durasi sekitar 2 jam. Meskipun singkat, FGC berhasil meningkatkan pemahaman anak terhadap materi pelajaran dasar melalui kegiatan pos-test dan pre-test.
"Program les gratis dari FGC sangat membantu dalam memajukan pendidikan disini (Taji), khususnya ya bagi orangtua yang tidak mampu membayar les. Jadi saya berharap anak anak disini sadar akan pendidikan itu penting, karena pendidikan kunci utama sukses. Terimakasih mas dan mbak atas bantuan pendidikannya. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat," ucap Dulasir, warga desa Taji (12/11/24).
Kami sadar bahwa dalam memajukan pendidikan khususnya di daerah pelosok seperti Taji memerlukan waktu yang tidak singkat. Dengan adanya program ini, kami berharap agar anak-anak disana termotivasi untuk terus belajar dan berkembang, serta memiliki kesempatan yang lebih baik di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H