Lihat ke Halaman Asli

UKT Mencekik Orangtua Mahasiswa

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Baru-baru ini, selain masyarakat dihebohkan oleh kenaikan harga BBM yang dirasa sangat memberatkan, kali ini giliran para orangtua mahasiswa baru PTN angkatan 2013 yang dikagetkan oleh biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang tinggi. Bukannya memberi keringanan uang kuliah tapi malah berdampak pada melambungnya biaya kuliah. Sistem UKT membuat biaya kuliah setiap mahasiswa yang masuk dari jalur apapun menjadi sama besar, yakni jalur SNMPTN, SBMPTN dan Mandiri.

Sebagai informasi, saya sampaikan biaya UKT di beberapa PTN. Di UNDIP, UKT golongan V berkisar antara 5.250.000 rupiah, hingga 18.500.000 rupiah. Di UGM, UKT normal berkisar antara 6.093.000 rupiah hingga 15.232.000 rupiah. Di UB, UKT golongan I berkisar antara 4.680.000 rupiah hingga mencapai 21.450.000 rupiah.

Sebenarnya masalah biaya bisa saja diantisipasi oleh pemerintah bersama pihak universitas dengan cara mengumumkan terlebih dahulu biaya UKT yang akan diterapkan di setiap universitas. Sehingga, pihak mahasiswa dan orangtua tidak merasa keberatan karena bisa mempertimbangkan terlebih dahulu biaya yang akan dikeluarkan nantinya jika anaknya diterima di universitas tersebut. Seperti telah diketahui bersama, biaya bukanlah perkara sepele yang dapat dengan mudah ditentukan, biaya merupakan pertimbangan utama selain minat dan kemampuan akademik. Jangan dianggap remeh masalah UKT, tidak semua orangtua mahasiswa akan mampu membayar UKT dengan nominal tinggi seperti saat ini. Bahkan ada mahasiswa yang enggan daftar ulang hanya karena orangtuanya tidak sanggup membayar UKT yang ditetapkan dan memilih kuliah di PTS yang biayanya lebih terjangkau.

UKT sendiri adalah sistem baru dari pemerintah yang masih sangat awam di mata masyarakat. Perlu adanya sosialisasi yang lebih gencar terkait sistem pembayaran kuliah per semester ini. Jujur, saya sebagai calon mahasiswa baru pun, baru mengetahui sistem UKT setelah adanya penetapan UKT di laman web universitas. Setelah mengetahui dan menyampaikan pada orangtua, sontak saja orangtua juga kaget dengan biaya kuliah yang sangat tinggi tiap semesternya.

Banyak para orangtua mahasiswa yang merasa dirugikan karena pengumuman biaya UKT diumumkan setelah pengumuman seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN 2013. Alangkah lebih baik jika biaya UKT diumumkan ketika pendaftaran PTN dibuka. Dengan begitu, orangtua tidak akan kaget dan keberatan dengan biaya UKT, karena mahasiswa dan orangtua bisa memilih universitas dengan biaya UKT yang cukup terjangkau oleh kemampuan ekonomi orangtua. Tentu juga tidak melupakan kualitas dalam memilih universitas.

Bagaikan jual beli, seharusnya pembeli sudah mengetahui harga barang terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli barang tersebut. Bukannya sebaliknya, kita yang disuruh memilih barang terlebih dahulu baru kemudian setelah di depan kasir baru diberi tagihan harga yang justru sangat mahal dan diluar dugaan. Pastinya pembeli akan merasa kebingungan bagaimana cara membayar barang tersebut. Begitu pula yang dirasakan oleh para orangtua, mereka merasa keberatan setelah pengumuman biaya UKT.

Di sisi lain, ada program beasiswa bidikmisi, yaitu beasiswa dari pemerintah yang diberikan pada mahasiswa dengan ekonomi kurang mampu agar dapat mengenyam bangku kuliah dengan biaya gratis. Beasiswa ini memang sangat membantu mewujudkan mimpi siswa-siswi yang ingin melanjutkan kuliah namun terhalang biaya. Program tersebut mempunyai syarat-syarat yang salah satunya yaitu pendapatan total kedua orangtua tidak melebihi tiga juta rupiah. Syarat tersebut sama sekali tidak salah. Namun, bagaimana dengan yang berpenghasilan lebih dari tiga juta dan kondisi ekonominya masih kekurangan? Tentu dengan UKT yang cukup tinggi ini sangat memberatkan mereka.

Meski ada solusi dari universitas untuk mengajukan keringanan UKT yang telah dibagi dalam beberapa golongan, namun tetap saja masih banyak orangtua kecewa karena pengajuannya ditolak. Penolakan tersebut tidaklah mengherankan karena jumlah mahasiswa yang akan diberi keringanan telah dibatasi prosentasenya. Padahal, tidak tertutup kemungkinan bahwa jumlah orangtua mahasiswa dengan kondisi ekonomi kekurangan juga tidak sedikit. Namun, bagaimanapun juga universitas tetap harus memilih siapa saja yang akan diberi keringanan. Sehingga dampaknya, masih banyak orangtua dengan kemampuan ekonomi pas-pasan yang tetap harus membayar mahal UKT.

Dahulu, PTN sangat digemari karena murahnya biaya dan kualitasnya yang unggul. Kini dengan adanya UKT, pandangan PTN murah tidak lagi ada. Biaya kuliah di PTN sama mahalnya seperti PTS. Jangan heran jika banyak protes di sana sini terkait UKT. Akan lebih banyak masyarakat takut kuliah karena melihat biayanya saja sudah geleng-geleng kepala. Bahkan, misalnya saja seluruh orangtua mahasiswa termasuk golongan mampu, nominal UKT tersebut dianggap terlalu berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline