Assalamualaikum Wr.Wb
Perkenalkan nama saya Muhamad Rafif Yazid, saya tinggal di Perum Prima Pedurenan 2 Kav.A4 Jl.Hj Misan Jatiluhur, Jatiasih Bekasi. Di sini saya akan bercerita sebuah kisah tentang sejarah dan sesuatu yang akan menyadarkan saya tentang betapa sulitnya untuk memperjuangkan kursi di SMAN 16. Saya rasa cukup tentang perkenalan dari saya, mari lanjut ke ceritanya.
Sejarah saya masuk di SMAN 16, dimulai jauh sebelum Ujian Nasional dimulai. Saya harus bertekad dan berusaha untuk mencapai nilai NEM yang terbaik, karena jika saya mengejar nilai NEM yang tertinggi, maka saya bisa saja mendapatkannya dengan cara yang tidak halal, maka daripada itu saya berusaha untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Berbicara tentang Ujian Nasional, siapa sih yang tidak gelisah mendengarnya? Tentu pasti semua siswa/i di Indonesia merasakan hal ini, tetapi dengan cara yang benar, saya menghadapi Ujian Nasional dengan hati yang nyaman dan pikiran yang tenang. Jadwal Ujian Nasional sempat membuat saya agak terheran-heran, mengapa Ujian Mapel IPA terpisah dan ada jeda tiga hari? Ternyata setelah saya tahu mekanismenya, saya menjadi paham. Satu hal yang diperhatikan dalam Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2017/2018 ini ada yang berbasis komputer atau UNBK dan ada juga yang menggunakan teknik standar atau UNPK. Kebetulan sekali sekolah saya, MTs Al-Falah, menggunakan sistem standar, yaitu masih menggunakan teknik membulatkan jawaban menggunakan pensil 2B, tentu saya bersyukur atas itu karena teknik konvensional terkadang lebih baik dari tekhnik modern yang menggunakan komputer, teman saya bercerita sekolahnya yang di Jakarta menggunakan sistem komputer atau UNBK, dia berkata bahwa UNBK lebih mudah daripada UNPK, dalam hati saya berkata, tidak semua hal baik dan buruk, sesuatu pasti ada kelebihan dan kekurangan pikir saya.
Sebelum Ujian Nasional, ada serangkaian Try Out dan latihan menggunakan module. Module untuk latihan merupakan kumpulan soal-soal Ujian Nasional tahun pelajaran sebelumnya, oh ya! Apakah saya sudah bilang tadi? Ujian di sekolah saya tidak hanya Ujian Nasional, melainkan ada serentetan Ujian lainnya, yaitu Ujian Praktek, Ujian Sekolah, Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN), dan Ujian Nasional (UN). Karena saya bersekolah di MTs, maka ujian madrasah sudah merupakan bagian dari ujian akhir, tetapi Ujian Madrasah pada tahun pelajaran 2017/2018 ada tambahan dua pelajaran baru selain pelajaran agama (SKI, Fiqih, Al-Qur'an Hadits, Akidah Akhlak dan Bahasa Arab), pelajaran yang ditambah adalah IPS dan PKN dan ini merupakan yang pertama kali pada angkatan saya yang terakhir. "Beruntung sekali angkatan sebelum saya" gumam saya dalam hati. Yha... apa boleh coba, di coba saja siapa tahu beruntung, yakan? Ujian Nasional pada tanggal 2 May 2017, pelajaran yang diujikan pertama adalah Bahasa Indonesia, di pelajaran Bahasa Indonesia ini hal yang saya khawatirkan adalah waktu ujian dan durasi saya membaca soal, sebab soalnya tidak hanya dibaca, tapi juga diperhatikan, dicermati dan dipahami karena soalnya yang sebagian besar berbasis soal cerita jadi pertanyaan basics nya pasti kalau bukan hal pokok, ide pokok, gagasan utama suatu paragraf, menyusun kalimat dan sisanya kalian paham sendiri lah ya... Nah, berbicara tentang soal, Ujian Eksa berjumlah 40 butir sementara Ujian Non-Eksa berjumlah 50 butir. Soal Bahasa Indonesia yang sebanyak 50 butir ini dengan waktu yang sudah disediakan selama 2 jam, saya harus pintar menggunakan waktu ini karena jika tidak saya akan merugi karenanya. Membagi perhitungan waktu melengkapi data ujian dan menjawab soal saya hitung seperti ini, data ujian biasanya kan lama ya (membulatkan satu persatu lingkaran, terlebih lagi namanya yang panjang dan jangkauan antar hurufnya berjauhan seperti nama saya, dari "Y" ke "A", kan memuakkan sekali) nama nya saja saya habiskan kurang lebih lima menit, data selanjutnya adalah nomor ujian, tanggal lahir, pelajaran yang diujikan, ruang ke berapa, tanda tangan dan tidak lupa sumpah yang harus ditulis (Saya mengerjakan ujian dengan jujur) itu semua menghabiskan kurang lebih dua menit, sudah terbuang waktu saya selama tujuh menit berarti waktu total saya tinggal satu jam lima puluh tiga menit lagi. Jadi sebenarnya waktu ujian tidak selama dua jam melainkan satu jam lima puluh menit. Ini mungkin tidak berpengaruh secara langsung pada pelajaran Non-Eksa, tapi sangat besar pengaruhnya pada pelajaran Eksa, memang soal pada pelajaran Eksa lebih sedikit dari soal Non-Eksa nya itu hanya sebanyak 40 butir, tetapi waktu untuk menghitung dan menalar bentuk soal pada pelajaran Eksa membutuhkan waktu yang tidak sedikit, saya harus bisa menyelesaikan satu soal selama tiga menit pada pelajaran Eksa, itu pun merupakan waktu maksimal saya. Akhirnya selama lebih dua Minggu saya berjuang membayar usaha saya selama tiga tahun selesai juga, lega hatinya? Tentu tidak, banyak hal yang akan terjadi ke depannya, nilai NEM nya saja belum keluar, belum lagi survey mencari SMA Negeri dan banyak lagi. Tapi momen perpisahan yang diadakan sekolah saya membuat saya menjadi emosional (jujur saat tulisan ini ditulis mengingatnya kembali, saya merasakan perasaan yang haru di hati saya, saya menahan untuk tidak terlalu emosional karenanya, tapi malah saya terlihat seperti serigala yang menangis melolong di malam hari di lembah menahan sakit sehabis bertarung demi kelompoknya).Saya tersadar apa yang tiga tahun saya jaga dan sayangi, sekarang saya harus merelakannya begitu saja, banyak sekali makna kehidupan yang tiba-tiba saya pahami saat itu juga, tapi itulah hidup.
Anggaplah perjuangan tumpah darah saya semasa di MTs Al-Falah berakhir, sebab jika di lanjutkan cukup panjang ceritanya, selang selama sebulan dua Minggu karena terpotong oleh bulan puasa dan momen lebaran, pendaftaran sekolah tahun ajaran 2017/2018 pun dimulai, dengan berbekal NEM yang "cukup" memuaskan, saya terjun ke pertarungan pertama menuju hidup baru sebagai siswa SMA. Tanggal 3 s/d 8 July 2017 adalah waktu yang dipersiapkan oleh Kemendikbud untuk melakukan pendaftaran secara online. Dengan pesan yang saya dapatkan dari guru saya di MTs Al-Falah bahwa jika ingin mendaftar, lakukanlah di saat-saat terakhir, sebab supaya tidak menyesal nantinya. Itulah pesan yang berguna bagi saya, walau tidak diterima di pilihan pertama tapi saya cukup bahagia di pilihan kedua yaitu sekolah SMAN 16, bersyukur kepada Allah SWT karena bisa diterima di negeri. Saya mendaftar pada Kamis 6 July sebab itu waktu yang ideal dan juga hasil musyawarah yang sudah mufakat dengan orang tua saya. Oh... di tambah lagi pesan dari teman saya, jika ingin mendaftar datanglah pada pagi hari, supaya mendapat nomor urut antrean yang tidak terlalu lama. Alhamdulillah saran teman saya berguna sekali, saya mendapat nomor urut 31 saat mendaftar di pilihan pertama saya di SMAN 11, ada beberapa desas-desus SMAN 11 NEM nya NEM superior, tapi ya apa boleh buat? Kehendak ada di tangan Allah saya hanya bisa bertawakal. Pada Jum'at malam, mimpi buruk pun muncul, nama saya sudah pergi dari data PPDB Online di SMAN 11, harapan saya hanya SMAN 16, Alhamdulillah saat hari Senin, tepatnya tanggal 10 July pendaftaran ulang bisa dilakukan, tetapi saya belum memeriksa pada saat itu juga, saya dan ayah saya mendaftar ulang pada tanggal 12 July, dan ternyata nama saya ada di SMAN 16, tepatnya di urutan 113.
Pendaftaran ulang pun berhasil dilakukan, tinggal hanya menyelesaikan serangkaian acara selanjutnya yaitu, Physicotest, tes penjurusan dan melaksanakan MPLS selama tiga hari. Saya sempat bingung, untuk apa Physicotest? Ternyata tes ini bertujuan untuk melihat minat dan bakat serta potensi yang dimiliki peserta didik. Jujur saya sama sekali tidak tahu asal-usul dari sekolah kedua pilihan saya, saya memilih SMAN 11 dan SMAN 16 itu adalah karena saran dari orang tua serta guru saya. Tetapi di lain pihak, saya sebenarnya mengincar SMAN 11 adalah meja yang dipakai di kelas mempunyai gantungan tempat menggantung tas, dan SMAN 16 adalah saya tidak tahu, tetapi di dalam diri saya selalu ada suara-suara yang sangat yakin bahwa SMAN 16 adalah pilihan terbaik. Alhamdulillah, rangkaian acara setelah pendaftaran ulang pun selesai, tinggal menunggu hasil tes penjurusan, mudah-mudahan hasil tesnya sama dengan apa yang saya inginkan. Senin, 17 July, saya resmi menjadi bagian dari keluarga besar SMAN 16, di situ saya harus mematuhi peraturan yang sudah berlaku dan menaatinya. Saat pembagian kelas, saya mencari-cari nama saya, dan Alhamdulillah nama saya ada di kelas dengan jurusan yang saya inginkan, bersyukur sekali saya saat itu, bahwa janji Allah kepada orang yang mau berusaha keras dan bertawakal. Untuk masalah teman baru di kelas itu, saya sudah kenal satu anak dan saya duduk sebangku dengan anak tersebut, perkenalan diri saya dengan lingkungan sekolah, guru, teman, kakak kelas dan orang yang bersangkutan di dalamnya berjalan "cukup" lancar, sedikit kendala adalah karena memori otak saya yang sarat muatan ini, jadi untuk mengingat dengan baik nama dan wajah seseorang di lingkungan baru memerlukan kata kunci yang sederhana, contohnya guru, saya menghafal guru tidak hanya berdasarkan nama, wajah atau mata pelajaran yang di ajar oleh guru tersebut,tetapi ada beberapa kalimat serta gestur yang unik saat guru tersebut mengajar, salah satu contohnya guru saya yang memberi tugas ini, orangnya yang masih muda dan tampan, serta agak lumayan tegas, larangannya dalam hal menyadur merupakan ciri khas, saya sangat setuju sebab memiliki atau menyadur hak cipta orang lain tersebut dapat berurusan dengan pihak yang berwenang.
Sampai saat ini saya masih terus berpikir dan jika di renungkan, saya menjadi sadar bahwa betapa beruntung sekali saya bisa bersekolah di SMAN 16, jika saya termenung terlalu lama mulailah muncul garis timeline dan pertanyaan-pertanyaan unik, yah... memang apa yang telah direncanakan oleh Tuhan merupakan hal yang terbaik bagi hambanya yang sudah mau berusaha keras dan bertawakal kepadanya. NEM untuk wilayah se-JaBoDeTaBek pada tahun ajaran 2017/2018 memang rendah, maka daripada itu hal ini merupakan sebuah hal yang sangat berharga dan patut saya syukuri dan tidak saya lupakan,karena perjuangan masuk SMAN 16 itu baru sebagian kecil dari seluruh perjuangan hidup yang saya akan alami nanti di masa depan. Minggu pertama sebagai bagian dari SMAN 16 sungguh "menyenangkan"? memang sekolah nya cukup menyenangkan, tetapi kurikulumnya yang menjadikan saya kurang semangat, tugas dan pekerjaan rumah setiap hari, berangkat pagi buta, pukang sekolah sudah sore, nah! Untuk yang satu ini kehendak sudah berada di tangan pemerintah, jadi terima sajalah. Oh ya!! Di SMAN 16 sangat menjunjung tinggi sekali prinsip 5S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun), senior dan yunior tidak ada, sebab yang tua menyayangi yang muda dan yang muda menghormati yang tua, konsep keagamaan di sini juga sangat ditekankan, karena sekolah bukan tempat belajar, tetapi juga tempat untuk mendidik, toleransi di sini bagus, saling menghormati antar umat beragama.
Saya rasa kisah sejarah dan cerminan untuk diri saya di masa yang akan mendatang (Hai... saya yang berada di tahun 2050, masih ingat saya dari tahun 2017?) dan sebagai bukti bahwa saya pernah hidup menulis ini tulisan, terima kasih buat guru sosiologi saya.
Terima kasih juga buat para pembaca sekalian yang mau meluangkan waktunya membaca kisah perjuangan saya masuk SMAN 16, jika ada kesalahan dalam penulisan dan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar,saya mohon maaf, karena apalah saya yang hanya sebatas makhluk hidup berbasis karbon yang hidup di dunia ini, pasti banyak sekali kesalahan yang saya buat. Kurang lebihnya saya ucapkan terima kasih, mudah-mudahan para pembaca sekalian senantiasa dalam lindungan rahmat Tuhan dan dilimpahkan rezekinya, serta dalam keadaan sehat wal afiat.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H