Berita tentang blusukan Ibu Risma dalam kapasitas sebagai Menteri Sosial (Mensos) Baru menggantikan Mensos sebelumnya yang diberhentikan akibat Korupsi menjadi tranding dan viral. Baik di dunia nyata dan maya.
Kemudian muncul perdebatan antara pendukung dan yang tidak mendukung blusukan bu Risma.
Bagi yang pro, apa yang dilakukan Ibu Risma karena tugas seorang memang mengurus masalah-masalah sosial. Bagi yang kotra, menyebutnya, apa yang dilakukan Ibu Risma adalah setingan sebagai sebuah pencitraan.
Terus terang, masyarakat awam, termasuk saya, apalagi yang tidak mengetahui masalah politik dan pemerintahan muncul pertanyaan. Kenapa Bu Risma blusukan menjadi ramai diperbuncangan. Apa tidak boleh, seorang Bu Risma yang notabene Mensos pengganti mensos koruptor melakukan blusukan di Jakarta?.
Ternyata banyak juga yang menggatakan bahwa sebagai seorang menteri sosial Job Discription-nya bukan hanya mengurus gelandangan dan tuna wisma di Jakarta saja. Sebab, mulai dari Aceh sampai Merauke butuh blusukan dari seorang Mensos.
Kemudian ada juga yang menampilkan statistik bila data kemiskinan lebih banyak di Surabaya dibandingkan Jakarta. Padahal Bu Risma adalah masih tercatat sebagai walikota Surabaya.
Selain itu, tugas yang mesti dilakukan mensos untuk memastikan masalah sosial di seluruh Indonesia. Lalu membuat kebijakan sebagai solusi yang adil atas semua masalah sosial di seluruh Indonesia.
Hal yang paling tepat dilakukan oleh mensos memanggil Dinsos DKI untuk menanyakan permasalahan sosial di Jakarta. Kemudian memerintahkan dengan tegas Dinsos DKI untuk melakukan ril di lapangan.
Jadi, mensos tidak terkesan pencitraan. Sebab tugas beliau mendeligasikan kebijakan kemensos ke daerah-daerah. Sehingga yang berkuasa lebih tinggi, karena kedudukan lebih tinggi bisa langsung bekerja tanpa ada koordinasi.
Melihat perkembangan politik sampai saat ini ada sedikit "letupan" lembut antara pemerintah DKI dengan para menteri. Seperti yang terjadi saat pelaksanaan PSBB di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
"Entah siapa yang khawatir kepada siapa". Atau "Entah siapa yang takut kepada siapa". Orang awam melihat ada persaingan di sini.