Lihat ke Halaman Asli

Djamaluddin Husita

TERVERIFIKASI

Memahami

Virus Mutasi Hanya Mengincar Orang Kota Tidak Orang Kampung

Diperbarui: 4 Januari 2021   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah sekitar setahun dunia berhadapan dengan pademik Covid-19. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Covid-19 akan hilang. Bahkan akhir tahun 2020 dilaporkan sudah terjadi virus mutasi atau varian baru di Inggris yang lebih mudah menular.

Padahal dunia baru saja merasa lega karena beberapa negara sudah menemukan vaksin untuk menghentikan penyebaran Covid-19.

Penemuan virus mutasi  atau varian baru covid-19 yang lebih resisten dan mudah menular pasti membuat warga dunia kembali kaget dan merasa was-was. Bila varian baru ini kembali manjadi pademik yang lebih massif. Bisa jadi vaksin yang sudah ditemukan menjadi sia-sia karena menjadi tidak ampuh.

Namun demikian, berdasar fakta merebaknya covid-19 selama ini,  virus tersebut termasuk  virus mutasi atau corona varian baru tetap mengincar orang yang tinggal di kota (besar) dan orang kaya. Virus tersebut tidak akan pernah mengincar orang kampung apalagi petani, pekebun atau profesi apapun yang ada di kampung.

Ketika awal-awal heboh penyebaran Corona di Indonesia sekitar pertengahan bulan maret. Saya tidak setuju masyarat di daerah-daerah dibatasi aktivitasnya baik dipasar, rumah makam mauoun diwarung kopi. Bahkan ada yang menerapkan jam malam. Sehingga perekonomian masyarakat lumpuh.

Alasan jelas bahwa pada hakekatnya orang didaerah yang jauh dengan perkotaan besar semisal di Aceh. Bila dicek covid-19, satu persatu orang yang tidak kemana-mana, tidak keluar kota, berdagang hanya disitu-situ saja. Berinteraksi dengan orang-orang di situ saja pasti tidak tertular corona.

Namun demikian setelah merebak corona, muncul pertanyaan, kenapa  kemudian orang daerah, orang kampung  ditemukan juga yang  positiv covid-19 bahkan ada yang meninggal?.

Bagi saya mudah jawabannya, bahwa semua yang sudah terinfeksi korona  itu ditularkan  oleh orang-orang yang datang dari luar yang berasal dari kota-kota besar yang memang daerah episentrum covid-19. Bukan dari orang yang tidak kemana, apalagi orang kampung profesi petani atau betkebun.

Karenanya saya tidak setuju bila orang yang tidak kemana itu yang dibatasi aktivitasnya bahkan diberlaku jam malam.

Semestinya penanganan tidak seperti itu. Tetapi penanganan yang benar dan adil itu adalah orang yang baru datang atau pulang dari daerah episentrum covid-19 yang dibatasi aktivitasnya.

Misal orang dari DKI, dari Surabaya atau dari kota-kota besar yang datang ke daerah yang tidak punya akses corona itu yang  semestinya dibatasi aktivitasnya. Bukan malah masyarakat daerah yang tidak punya jejak corona yang aktivitasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline