Lihat ke Halaman Asli

Djamaluddin Husita

TERVERIFIKASI

Memahami

Rendahnya "Moralitas" Netizen Malaysia

Diperbarui: 29 Desember 2020   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meskipun negara Malaysia adalah negara sahabat dekat dengan kita bahkan masih satu rumpun Melayu. Namun, kelihatan warga negara jiran itu agak tidak bersahabat. Faktor utama, karena mereka menganggap diri mereha lebih makmur. 

Pernah suatu ketika saya tinggal di Penang selama 2 bulan belajar di Recsam dan di Kuala Lumpur ikut kursus di Universitas Malaysia (UM). Sedikitnya bisa kita merasakan "Keangkuhan" warga malaysia khusus kita dari Indonesia. Mereka suka menyebut orang Indonesia dengan sebutan "Indon".  Sebutan yang dalam pikiran mereka merendahkan.

Pernah suatu kali di Kuala Lumpur, menanyakan Rokok merek Indonesia, jawaban mereka: "Kami tidak jual rokok murahan". Teman saya mengurut dada mendengar jawaban penjual yang angkuh itu. 

Rendahnya orang Malaysia memandang rakyat Indonesia tak terlepas karena begitu banyak WNI yang bekerja di Malaysia sebagai tenaga kerja yang tak butuh skil.  Sebutan "Indon" berkonotasi buruh. 

Terkadang saya juga berpikir, bisa jadi pandang warga malaysia kepada warga Indonesia seperti itu selama ini juga disebabkan ada kepentingan pihak lain. Pihak-pihak lain di Malaysia takut kalau melayu serumpun bersatu, warga Melayu akan kuta. Akan menganggu kepentingan mereka, termasuk kepentingan politik maupun penguasaan bisnis di sana. 

Namun yang disayangkan warga malayu malaysia tidak sadar. Sehingga ikut-ikutan menganggap Saudara serumpunnya rendah.

Akibat citra buruk tersebut sampai-sampai kemudian berimbas dalam dunia maya. Meskipun, di dunia maya orang nitizen "Maling Sial" sebutan untuk warga malaysia,  kerap tak berkutik dengan nitizen Indonesia. Dalam hal ini hacker Indonesia lebih maju dan unggul dibandingkan Hacker Malaysia.

Memang, selama pademik Covid-19, kelihatan perang antar nitizen dua negara juga agak mereda. 

Namun, tiba-tiba beberapa hari terakhir ini muncul parodi lagu Indonesia yang dirubah dengan kata yang merendahkan. Kelihatan,  sepertinya muncul parodi ini,  ada dendam kesumat dari nitizen Malaysia. 

Merubah lagu kebangsaan suatu negara lebih disebabkan karena kerendahan moral mereka. Bila mereka tidak bermoral rendah, mereka tidak akan melakukannya. Harga negara yang bermartabat harus menghargai lagu kebangsaan sebuah negara.

Saya kira, pemerintah Indonesia tidak cukup memberi protes keras. Tetapi lebih dari itu, pelakunya harus diseret ke pengadilan. Disinilah kita lihat, apakah diplomat kita mampu membuat malaysia tak berkutik? Kita tunggu saja. *djhst*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline