Meugang atau Mak Meugang adalah tradisi khas Ureueng (orang) Aceh. Tradisi ini sudah berbilang ratusan tahun yang dirayakan secara turun temurun di Aceh.
Bagi orang Aceh, meugang (khususnya menyambut bulan Ramadhan) sungguh sangat bermakna. Banyak cerita yang muncul, utamanya adalah cerita kegembiraan, kebahagiaan sampai cerita romantis bagi pasangan yang baru menikah.
Selain itu, tentu cerita sedih juga muncul di hari baik dan bulan baik (uroe get buleun get) itu. Misalnya ada orang tua yang berpenghasilan pas-pasan, bela-belain (harus berutang) untuk beli daging agar pada saat meugang dapur dapat mengempul asap beraroma daging.
Begitu pula, ureung-ureung Aceh diperantauan baik yang sudah berkeluarga atau jomblo, terkadang harus mengurut dada bila saat meugang tak bisa balik ke Aceh. Apalagi ada kekasih (baca: tunangan) yang ditinggalkan dikampung. Pasti ada sesuatu yang hilang bila saat meugang tak dapat pulang kampung, hanya sekedar bertemu dengan "Mak Tuan" dan Kekasih hati.
Dahsyatnya makna mak meugang bagi orang Aceh. Kadang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Karena itu, saya yakin, menjelang Ramadhan tahun 1441 H atau bertepatan tahun 2020 M, semua ureueng Aceh sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk Uroe Mak Meugang menyambut puasa tahun ini.
Namun persoalannya adalah, tiba-tiba dan tanpa disangka-sangka, muncul wabah Corona yanf menyebar ke seluruh pelosok dunia.
Kendati pada awalnya kita agak santai menanggapi Corona, karena punya keyakinan tidak akan muncul di Indonesia apalagi Aceh.
Tapi faktanya, daerah yang dijuluki Serambi Mekkah tak luput dari serangan wabah yang mematikan itu.
Bahkan, pasien positif corona di Aceh ada yang meninggal dunia Meskipun, pernah diumumkan di Aceh nol terinfeksi, karena pasien positif terakhir, beberapa waktu yang lalu dinyatakan sembuh.
Namun, informasi terakhir (19/4/2020), diumumkan, paling kurang ada 7 orang positif Corona yang teridentifikasi di Aceh dan dirawat RSUZA Banda Aceh.