Lihat ke Halaman Asli

Djamaluddin Husita

TERVERIFIKASI

Memahami

Apakah Golkar Saat Ini Milik Pemodal Tunggal?

Diperbarui: 22 November 2017   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Agaknya cerita Setnov sudah akan berakhir dalam percaturan politik Indonesia. Kecuali Setnov menang di praperadilan yang diajukan pengajaranya. Atau nantinya semua dakwaan yang disangkakan KPK kepadanya tidak terbukti. Tetapi bila proses hukum yang dijalaninya mengalahkannya maka good bye Setya Novanto. Setya Novanto Tamat!

Namun yang mengherankan adalah sikap kader-kader Golkar terutama pengurus DPP saat ini. Mereka seperti tidak berkutik dan tidak dapat berbuat apa-apa serta kelihatan tidak berdaya untuk bersikap tegas kepada Setya Novanto. Paling kurang dari awal menonaktifkannya sementara dalam kapasitas sebagai ketua Umum untuk menyelsaikan kasus hukumnya.

Padahal kita tahu Setnov sudah dua kali disangkakan dalam kasus E-KTP. Meski yang pertama menang di Praperadilan. Tetapi yang kedua, yang sedang terjadi saat ini, walaupun ada dramatisasi tiang listrik, tetapi Setnov sudah resmi menjadi tahanan KPK.

Sebenarnya sejak awal terpilihnya Setnov sebagai ketua umum Golkar sudah banyak orang bertanya-tanya. Apalagi sebelumnya ada pembicaraan yang tidak sedap terhadap Setnov terutama di media sosial. Namun ketika pemilihan ketum saat itu, sepertinya kader golkar tidak peduli apa-apa, sehingga Setnov terpilih jadi ketua umum. Sehingga muncul pertanyaan saat itu ada apa dengan kader Golkar? Apakah Golkar sudah krisis kader? Atau boleh juga pertanyaan dibalik, ada kekuatan apa di balik Setnov sehingga dia bisa bertahan.

Lalu aktion pertamanya saat itu adalah menyingkirkan Ade Kamaruddin sebagai ketua DPR-RI dan digantikan dengannya yang telah tersingkir terlebih dahulu. Maka kekuasaan Setnov menjadi besar. Selain ketua DPR sekaligus merangkap sebagai ketua umum Golkar. Secara kasat mata kita tahu, agar dia memiliki bergaining politik dengan pemerintahan (Presiden).

Apalagi setelah itu secara serta merta mendukung pemerintahan dan bersikeras mendukung Ahok menjadi gubernur DKI. Bisa diperkirakan, sedikitnya ada nuansa kepentingan pribadi dalam kebijakannya itu.  Tetapi perkiraanya meleset.

Saya kira, para kader golkar terutama pengurus teras punya catatan tersendiri dan tahu apa yang akan terjadi. Apalagi jauh-jauh hari namanya sering disebut-sebut dalam persidangan e-ktp. Namun, para kader Golkar, mulai dari Sabang sampai Merauke kelihatan diam dan atau tidak berkutik. Pasti Alasan klisenya adalah demi keutuhan partai.

Saat ini para kader Golkar kelihatan tidak sama dengan kader dulu yang punya nyali untuk mengkritisi partai demi kemajuan partai. Tetapi saat ini kelihatan kader Golkar seperti ayam sayur. Tak ada lagi yang bertaring.

Padahal pada saat penurunan Abu Rizal Bakrie yang lalu. Mereka punya kader-kader yang berani untuk tidak sejalan dengan ketua umum. Bahkan saat itu mereka berani membuat partai tandingan. Bahkan antar kader pernah hampir bentrok ala preman saat itu.

Kenapa ini tidak dilakukan terhadap Setya Novanto yang terang-terangan telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK? Apakah kader Golkar memang suka pada tersangka koruptor karena banyak duitnya sehingga mulut dan hati nurani tersumbat?

Bagi saya, apa yang dipertonton kader Golkar saat ini aneh. Mereka seperti kader partai yang baru lahir dua hari yang lalu. Jangan-jangan Partai Golkar saat ini sama dengan partai baru yang PEMODALnya tunggal, sehingga kadernya begitu culun dan takut pada ketum? Kalau benar, dapat diperkirakan pemodal itu adalah pendukung Setya Novanto.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline