Lihat ke Halaman Asli

Djamaluddin Husita

TERVERIFIKASI

Memahami

Sinabung Tidak Main-main Bung!

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya bencana sinambung terkesan bencana biasa-biasa saja. Kesan ini timbul dari tanggapan pemerintah terutama pemerintah pusat yang dianggap lamban. Tidak ada tindakan dan tanggapan khusus saat itu. Setelah dikritik, penguasa (pemerintah) berkilah dan beralasan bahwa penguasa percaya pada sistem yang telah terbentuk dalam menanggani bencana tersebut. Artinya, menanggapi bencana semacam sinambung tidak mesti penguasa (presiden) yang langsung memberi tanggapan. Sebab kaki tangan mereka telah berjalan dalam menanggani bencana tersebut.

Setali tiga uang, ternyata penguasa daerah juga dianggap lamban. Terlepas dari isu politik yang berbalut bencana, yang pasti bupati setempat sempat didemo mundur oleh warganya karena dianggap tidak peduli pada nasib mereka.

Lalu, setelah melihat bahwa bencana sinambung bukan bencana biasa-biasa saja, baru kemudian Presiden hadir ditengah-tengah mereka. Bila bisa diandai-andai, kalau bapak Presiden langsung terjun ke TKP setelah terjadi beberapa kali erupsi saat itu. (meskipun kita tahu dan memakluminya, seorang Presiden memiliki agenda yang luar biasa padat).  Mungkin, duka lara akan cepat tertangani. Mereka yang dipengungsian tidak perlu menangis tersedu-sedu di depan TV.

Kita tidak tahu kenapa derita warga di daerah gunung sinambung terkesan seperti itu. Mungkin dianggap bencana erupsi itu tidak akan berlarut-larut seperti ini. Beberapa hari saja erupsi gunung itu akan berakhir. Tetapi ternyata tidak demikian. Bahkan dari hari ke hari sampai beberapa purnama bencana itu belum berakhir. Malah hari ini (1/2), terdengar khabar, sinambung telah menelan korban jiwa. Menurut khabar TVONe korban korban sudah mencapai 10 orang dan menurut MetroTV empat orang meninggal. Itu yang sudah berhasil dievakuasi. Mudah-mudahan kita berharap tidak ada satupun jiwa-jiwa itu melayang dan mudah-mudahan tidak ada lagi korban berjatuhan.

Sinabung tidak main-main Bung! Saya rasa, ungkapan itu menjadi pengingat bagi kita bahwa bencana erupsi sinambung betul-betul bencana yang perlu menjadi perhatian khusus.  Terutama perhatian terhadap mereka yang merasa langsung akibatnya. Pemerintah perlu memberi perhatian maksimal bahkan ekstra terhadap apa yang mereka hadapi.

Kita bisa memaklumi dan merasakan, bagaimana perasaan mereka yang menghadapi musibah yang bukan lagi satu atau dua Minggu itu. Mata pencaharian mereka tidak jelas lagi, sementara hidup akan terus berjalan. Apalagi anak-anak mereka harus bersekolah. Bila tidak ada kepastian hidup dalam menata masa depan, maka akibat yang lain adalah mereka menghadapi beban psikologis.

Akibat dari itu, kita mungkin tidak perlu bertanya lagi, kenapa sebagian dari mereka nekat untuk kembali ke kampung halaman mereka yang jelas-jelas tidak aman. Di mana, erupsi gunung sinambung belum dapat dipastikan akan berhenti. Hingga, sampai-sampai ada korban jiwa.

Karenanya, siapapun tidak bisa menyalah mereka yang nekat kembali ke kampung halamannya, meskipun ada larangan dalam radius 5 km tidak boleh mendekati sinambung yang tidak bersahabat itu. Jawabannya, di tempat pengungsian belum ada yang mampu menyakinkan mereka terutama tentang kelangsungan hidup. Harapan mereka hanya ada dikampung, di sekitar gunung sinambung yang saat ini sedang menyemburkan magma panasnya.  (Kunjungi juga rumah maya kami: www.husita.my.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline