Hari Meugang atau Mak Meugang merupakan hari-hari menjelang kedatangan bulan puasa, hari raya idul fitri dan idul Adha di Aceh. Tetapi hari meugang yang paling populer dan dirasakan sangat istimewa oleh orang Aceh adalah hari meugang menyambut bulan puasa, biasanya dua atau satu hari menjelang puasa. Pada hari-hari meugang tersebut pasti ditandai dengan tradisi masak daging di setiap keluarga masyarakat Aceh untuk disantap bersama-sama sanak keluarga.
Imbas dari hari meugang yang sangat istimewa itu juga dirasakan oleh pengantin baru sebagian masyarakat Aceh. Khusus pengantin baru yang berada di wilayah Barat Aceh memiliki tradisi tersendiri yang menjadi adat istiadat yang telah dilaksanakan secara turun temurun hingga sampai saat ini. Pada keluarga yang memang memegang teguh adat istiadat (terutama bagi yang mampu, atau mereka keturunan raja) bila ini baik keluarga peganti pria (di aceh disebut linto baro) maupun bagi keluarga pengantin perempuan (dara baro).
Bagi linto baro, meugang pertama dirumah mertua harus membawa pulang daging khusus atau daging istimewa yaitu kepala lembu atau kepala (Aceh= Ulee Leumo atau Ulee Keubeu) kerbau ke rumah keluarga dara baro. Meskipun, saat ini kepala sapi atau kerbau sudah banyak diganti dengan daging dada sapi atau dada kerbau.
Membawa pulang daging istimewa itu, secara adat bukan dilakukan sendiri oleh linto baro. Melainkan dibawa oleh penghubung yang di Aceh disebut seulangke. Pada dasarnya tugas seulangke di Aceh khususnya di Aceh Barat Selatan adalah penghubung antar keluarga, mulai dari mereka meminang dara baro, biasanya sampai si pengantin itu lahir anak pertama (satu tahun setelah menikah). Meskipun linto baro tinggal di rumah mertua, biasanya negosiasi hal-hal yang berkaitan dengan adat dilakukan oleh seulangke. Seulangke itu biasanya orang-orang yang dituakan di kampung yang memang sering ditunjuk sebagai seulangke.
Sebenarnya bila mengikuti adat, dua atau satu Minggu menjelang puasa, seulangke telah terlebih dahulu mengirim kepada rumah dara baro berupa beras barang 5 bambu, beras ketan 5 bambu, gula pasir atau manisan, minyak makan dan sejumlah buah kelapa tua termasuk bumbu masak. Ini pertanda bahwa pihak linto baro akan melakukan tradisi bawa kepala sapi atau kerbau. Baru hari meugang (dua hari) menjelang puasa, si seulangke membawa ulee leumo atau ulee keubeu ke rumah dara baro.
Apa yang dilakukan di rumah dara baro? Setelah memasak daging yang dibawa linto baro, keluarga dara baro kemudian membawa masakan itu ke rumah linto baro. Tentu lengkap dengan nasi yang dibungkus daun pisang (atau dalam bahasa aceh bu kulah). Saat ini masakan daging dan nasi dimasukan ke rantang (mungkin biar memudahkan tidak merepotkan). Pihak dara baro juga membawa serta kue-kue termasuk lemang yang biasa dimasak pada saat hari meugang. Kue itu di masuk ke talam yang tutup tudung saja yang sudah dihias. Setelah, jamuan makan, bagi keluarga linto baro yang mampu, juga talam yang berisi kue-kue tadi tidak diserahkan secara kosong. Biasanya dimasukkan pula kain baju, mukena dan bahan untuk sholat dara baro.
Sebenarnya, meskipun saat ini terkadang tidak dilakukan secara adat istiadat seperti itu. Atau tidak dilakukan melalui seulangke. Karena memang sudah menjadi tradisi. Sebagian besar pihak linto baro juga membawa daging sapi atau lembu yang istimewa. Tetapi kalau seperti itu, pihak dara baro juga tidak melakukan balasan secara adat. Biasanya hanya membawa masakan satu rantang saja ke rumah mertuanya (DJ****9713).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H