Lihat ke Halaman Asli

Djamaluddin Husita

TERVERIFIKASI

Memahami

Adakah Anak yang Tidak Bisa Diatur?

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seringkali kita mendengar keluhan orang tua tentang seorang anak yang usah diatur. “Anak ini susah sekali diatur! ” Katanya. Ucapan seperti itu bukan hanya ditujukan kepada anaknya sendiri tetapi sering ditujukan juga kepada anak-anak lain. Misalnya kepada kemenakan, anak tetangga atau anak tertentu dalam sebuah komunitas yang mereka anggap tidak bisa mengikuti apa yang mereka inginkan.

Begitu pula yang terjadi di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah. Seorang guru yang merasa kewalahan menghadapi muridnya sangat sering melontarkan ungkapan seperti itu.

Anak yang dicap sukar diatur memang anak-anak yang termasuk ke dalam kategori nakal dalam pengertian suka membandel atau dalam pandangan orang-orang dewasa (orang tua) anak yang tidak mau mengikuti peraturan-peraturan yang menurut ukuran orang dewasa harus diikuti oleh seorang anak.

Bagi kebanyakan kita yang menginginkan seorang anak itu harus selalu mendengar apa kata orang tua. Bahkan ada orang tua, sedikit saja anak-anak melenceng (dalam pandangan orang tua tidak baik) maka anak-anak seperti itu sudah dinilai dengan ukuran-ukuran yang tidak baik seperti susah diatur dan sebagainya. Akibatnya, banyak anak-anak yang menjadi anak serba salah. Mereka kemudian takut bertindak meskipun apa yang akan dilakukannya adalah sesuatu yang positif bagi perkembangan dirinya kelak.

Biasanya anak-anak yang selalu merasa serba salah dan selalu merasa tidak bebas karena takut ancaman orang tua dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari. Meskipun mereka dikategorikan pinter, tetapi ada satu hal yang terjadi pada anak-anak seperti ini adalah sulit mengeluarkan ide-ide yang ada dalam pikirannya.

Bila dia di sekolah, saat belajar kelompok maka dia menjadi anak yang hanya menjadi pendengar saja. Meskipun diakui dia itu adalah anak-anak yang memiliki kemampuan menangkap pelajaran dengan baik. Artinya, anak seperti itu bukan tidak ada ide tetapi tetapi kurang mampu mengeluarkan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Alasan bagi dirinya adalah takut salah.

Selain itu, anak-anak yang selalu tertekan seperti itu sering sekali kelihatan gugup ketika ada sesuatu ada masalah yang dihadapinya. Bahkan mereka tidak bisa beradu argumentasi ketika suatu saat terpojok dengan apa yang mereka hadapi. Tidak kurang anak seperti ini, meskipun dalam keadaan normal tidak gagap, namun ketika menghadapi masalah mereka tidak bisa berkomunikasi secara normal sebagai yang diperlihatkan dalam situasi yang normal. Akhirnya anak-anak seperti ini menjadi anak yang sangat peragu.

Kemudian, tidak kurang juga ada anak-anak yang karena selalu hidup dalam tekanan oleh orang tuanya (orang-orang dewasa dalam lingkungannya) malah akan berubah menjadi anak yang beringas dan selalu suka melawan. Anak-anak seperti ini pada akhirnya benar-benar tidak mau peduli apa-apa lagi. Segala peraturan yang diberikan orang dewasa tidak begitu mau mereka gubris. Sehingga muncullah cap-cap negatif kepada anak-anak seperti ini. Termasuk kemudian dicap menjadi anak yang sukar diatur.

Karena itu muncul pertanyaan: Apakah anak yang sukar diatur?

Melihat kasus-kasus yang terjadi pada anak-anak yang dicap sukar diatur itu. Jawabanya tidak ada anak yang sukar diatur. Karena pada prinsipnya semua anak bisa diatur. Permasalahannya bukan pada anaknya, tetapi orang-orang yang mengatur anak-anak itu. Apakah orang-orang yang mengatur anak-anak sudah cukup berusaha semaksimal mungkindengan berbagai cara untuk mengatur anak-anak yang akan menjadi anak yang mudah diatur?

Terkadang ada orang tua yang salah mengatur anak-anaknya. Mereka hanya berpatokan pada anak-anak yang memang dari sononya mudah diatur. Karena anak yang mudah diatur ini, memang mudah diatur karena cara-cara yang diaturnya sesuai dengan jiwa anak seperti itu. Tetapi belum tentu sesuai dengan anak-anak yang kemudian dicap sukar diatur. Meskipun mereka itu tumbuh berkembang dalam satu keluarga sebagai adik kakak.

Sebab pertanyaannya, kenapa ada anak yang sukar diatur katakanlah dalam keluarganya kemudian begitu mudah diatur oleh orang tertentu. Kenyataan ini sangat sering kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga ada orang tua yang mengatakan: “Anak ini kalau bukan bapak yang mengatakan memang tidak pernah mau didengar”. Bukankah ini membuktikanbahwa ada yang salah cara mengaturnya sehingga dia tidak mau diatur.

Oleh karena itu salah satu kuncinya dalam mengatur anak-anak agar anak-anak mau diatur orang tua (orang yang mengatur) harus memahami anak-anak yang diaturnya. Meskipun dalam satu keluarga, antara satu anak dengan anaknya yang lain pasti ada yang beda.

Munculnya istilah ada anak yang tidak mau diatur karena memang banyak orang tua (atau siapapun) selalu menyamakan antara satu anak dengan anak yang lain. Sehingga perlakuannya sama rata. Padahal masih banyak cara yang dapat ditempuh termasuk konsultasi dengan ahli psikologi anak. Biasanya banyak orang tua, dengan berbagai alasan terutama sibuk mencari duit, tidak sempat melakukan secara maksimal seperti itu.

Harus diingat, banyak kasus disaat mereka sudah dewasa, meskipun pada masa anak-anak mereka dicap sebagai anak tidak bisa diatur tetapi ketika dewasa merekalah yang begitu mudah diatur. Atau meskipun tidak lagi diatur tetapi mereka inilah yang tanpa diatur begitu peduli dan memperhatikan orang tuanya atau orang-orang yang ada disekelilingnya***DJH. www.husita.net




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline