Lihat ke Halaman Asli

Djamaluddin Husita

TERVERIFIKASI

Memahami

Isu Rasis dan Terompet Vuvuzela dalam Piala Dunia 2010

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_172387" align="alignleft" width="298" caption="Sbr. Foto: http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/06/09/1837433p.jpg"][/caption]

Rasis dalam dunia sepakbola menjadi hal yang sangat diharamkan. Bahkan FIFA akan menskor klub-klub yang penontonnya melakukan hal-hal yang berbau rasis dalam setiap pertandingan sepak bola. Biasanya yang menjadi korban rasis selama ini dalam dunia sepakbola adalah bintang-bintang sepakbola yang berasal dari Afrika. Karena itu maka timbul pertanyaan, apakah hal yang diharamkan itu juga akan terjadi di Afrika Selatan tempat berlangsungnya sepakbola dunia saat ini?

Pertanyaan itu memang cukup mengelitik. Tetapi saya pikir itu tidak akan pernah terjadi. Bukan hanya karena pertandingan itu diselenggarakan di Afrika Selatan, namun masyarakat dunia sudah tahu bahwa setiap manusia yang ada dipermukaan dunia ini memiliki hak yang sama untuk dihromati meskipun warna kulitnya berbeda. Sehingga tidak boleh dihina apalagi dilecehkan.

Tetapi permasalahan yang sangat unik dan dikecam oleh beberapa tim-tim yang berlaga dalam piala dunia kali ini adalah masalah terompet “ajaib” yang dikenal Vuvuzela. Kenapa timbul protes terhadap terompet vuvuzela? Karena suara terompet itu menyebabkan tidak konsentrasi para pemain dalam setiap laga yang dipertandingkan.

Selain itu, memenurut beberapa pelatih, akibat vuvuzela ini mereka susah berkomunikasi dengan para pemainnya pada saat mereka memberi intruksi-intruksi selama pertandingan berlangsung.

Akibat dari protes yang dilakukan oleh beberapa pelatih tim sepakbola itu, menyebabkan pada awal-awal pertandingan FIFA ada rencana untuk melarang menggunakan tereompet yang memekakkan telingga itu dalam setiap pertandingan sepakbola. Namun, akhirnya karena pertimbangan menghormati budaya setempat (orang-orang afrika), kebijakan itu tidak sempat diterapkan.

Tetapi bila juga FIFA melakukan pelarangan peniupan vuvuzela di piala dunia kali ini juga akan menimbulkan diskriminasi. Sebab alat yang menganggu seperti terompet itu juga dipraktekkan pada negara-negara lain penyelenggara piala dunia sebelumnya. Misalnya di Brasil adan drum Sambanya, Mexico dengan tradisi Mexican Wave dan juga di Swiss dentingan bel sapinya.

Maka itu, setiap pertandingan sepakbola piala dunia tahun ini, melalui layar televisi, kita akan menyaksikan dan mendengar suara yang ditiupkan oleh para suporter. Hanya saja saya yakin di piala dunia 2010 ini bersih dari isu rasis yang pernah mencoreng dunia sepakbola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline